PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

05 December 2016

SURAT UNTUK OPUNG SINTERKLAAS

SURAT UNTUK OPUNG SINTERKLAAS
(Persembahan untuk adik-adik korban Bom Gereja Oikumene Samarinda)

Opung yang kami rindukan,
Suratku ini mewakili teman-temanku korban bom Gereja Oikumene
Yang kini lagi terbaring dan dirawat rumah sakit.
Beberapa minggu kemarin aku membesuk mereka di rumah sakit
dan bersama kami menyanyikan lagu „Kingkong“ yang kami belajar di sekolah minggu
Aku lalu diminta teman-temanku untuk menulis surat untukmu
karena jemari mereka masih kaku dibalut perban tebal

Opung Sinterklaas,
Kami mendengar bahwa sebentar lagi Opung datang menjelajahi kota-kota dan desa-desa,
mengunjungi rumah-rumah dan menjumpai anak-anak.
Kami tak tahu, apakah Opung juga nanti datang ke Indonesia, ke rumah sakit untuk mengunjungi kami yang masih terbaring sakit
Lewat surat ini kami ingin meminta Opung untuk juga datang ke Tanah Air kami Indonesia
Mengunjungi teman-teman sebaya kami yang mungkin masih takut bermain bebas di halaman rumah.
Kami berharap agar Opung bisa mengunjungi kami di rumah sakit, tanpa harus mengetuk pintu
Atau meminta izin pada Om Satpam yang menjaga ketika kami sedang tidur
Opung tak perlu sibuk membawa banyak hadiah buat kami
Kali ini kami tak meminta hadiah pakaian untuk dikenakan pada hari ulang tahun sahabat kami Yesus,
karena sekujur tubuh kami terlanjur luka, sebelum hati ini kami koyakkan
Kami tak menginginkan permainan mahal dengan teknik yang modern,
karena itu justru merakit ego dalam diri
kami tak meminta Tipi (TV) baru karena mata dan telinga kami masih trauma
dan tidak kuat menyaksikan konflik antaragama dan peperangan
Opung cukup datang membawa malaikat kecilmu, Intan, yang adalah teman kami
Karena sudah rindu kali kami sama dia. Bagaimana kabar teman kami itu, Opung?
Pasti Intan sudah bahagia di sana!
Kami juga tak meminta permen coklat, karena bibir dan lidah kami masih melepuh mengunyah asap dan debu panas
Opung bawa saja kristal-kristal salju untuk sejukkan luka bakar di badan dan mulut kami,
bawa kesejukkan untuk agama-agama dan kedamaian untuk Tanah Air Kami Indonesia


Opung yang kami rindukan,
Semoga tahun depan kita bisa bermain bersama seperti dulu,
bersembunyi di balik mantel merahmu, mencari hadiah di sepatumu melengkung panjang,
sambil mengelus-elus jenggotmu tanpa ragu dan takut karena Opung bukannlah teroris

Sudah dulu ya Opung,
karena Pak Dokter dan Ibu Perawat sudah datang membawa jarum suntik dan obat
Doakan kami semoga lekas sembuh.
Mauliate Opung!


Salam Rindu
Cucu-cucumu



03 December 2016

PAYUNG PRESIDEN

PAYUNG PRESIDEN

Di luar sana bulir hujan menikam bumi
Rintik bersahut pada sholat-sembahyang melengking
Payung dikembang di ambang batas istana pertiwi
Di singgasana tak perlu lagi bergeming

Jalan dan lorong tak lagi kering
Digenang doa-doa yang tumpah dari hati bening
Meluap dari muara berlumut nista
Ditampung payung biru samudera
Quelle: http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38178575

Angin menjentikkan orasi para ulama
Dan kami terus menghamba di kaki peradaban kian puntung
Bermunajat pada manusia setengah dewa
Sekawanan badai dihadang segera
Oleh ruas-ruas jarijari payung meregang

Payung biru masih di genggangmu
Sembari merapal ayat-ayat senandung doa
Bergetar dalam kabut nafsu kuasa penghulu
menghalau bayang-bayang makar pendahulu


Cinta pada pertiwilah yang membuat kita bertahan dalam germis


Vianey Lein
Sankt Augustin - Mülldorf, 03.12.2016

SANDAL JEPIT

SANDAL JEPIT

Sepasang sandal jepit hadiah ulang tahun
Putus kemarin di tikungan jalan
Berpuluh kilometer waktu telah ditempuh
Menjaga kaki tak melepuh

Kini harus tergantung sepi sendiri
Tanpa kaki membawa pergi
Di atas aspal jalan-jalan panas
Dan lorong hidup yang kadang ganas

Terima kasih sandal jepit
Kau tetap menjadi berarti
Meski kau tak lagi kujepit
Kau tetap selalu di hati


Ippendorf, 11 März 2016

RINDU KAMPUNG

RINDU KAMPUNG

Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada kokok ayam dini hari ´
Dan lolong anjing di rimba senja

Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada melodi dawai gambus
Dan alunan syair dolo-dolo
Pada tabu genderang kulit kambing buatan kakek
Dan hentakan kaki penari hedung

Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada rumah dan bale bambu
Pada derit pohon asam dan asap tungku

Rinduku pada kampung 
Adalah rindu pada rinai hujan dan pelangi
Pada debu kemarau dan musim panen

Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada buih ombak dan karang
Pada bibir pantai dan lumat gelombang
Pada nelayan dan ikan merah
Pada petani dan jagung bakar

Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada Mokantarak 
Rindu pada Lewo Tanah



Vianey Lein
Sankt Augustin, Jerman, Penghujung Tahun 2015

RINDU TERTEBUS

RINDU TERTEBUS
(Kepada Gadis berkerudung biru tua)

Masih kusimpan fotomu memeluk rembulan
Pudar kupandang di gugur angan
Kau gadis berkerudung biru
Gaunmu membelit rindu

Mengapa kau simpan senyum
Pada lipatan kerudung biru tua
Sementara aku lama-lama menerka di luar gereja
Ayat-ayat mazmur yang kau daras setia
Bertahun musim tak legam-legam

Di lentik matamu kau getarkan sunyi paling agung
Di katupmu kau genggam semesta doa
Di tekuk manis litani paling sakral mengangkasa
Meminta tebus rindu-rindu purba

Kau gadis bergaun putih-putih, berkerudung biru
Di lipatan kerudungmu ingin kuselesaikan angan
Ijinkan aku mencium kesederhanaanmu
Dan biarlah sajakku menusuk rusuk-rusukmu


Ippendorf – Jerman, 08. Maret 2016