"Mandait" (bahasa batak) berarti: memungut, mengumpulkan. "Morit" (bahasa Lamaholot-Flores Timur) yang berarti: Hidup, Kehidupan. "Mandait Morit" merupakan sebuah narasi kehidupan yang dipungut-dikumpulkan di jalan waktu, yang tercecer di ruang-ruang kehidupan untuk dibagi, dikisahkan, baik dalam bentuk teks, audio maupun audio-visual, sebagaimana moto Mandait Morit: Berbagi KISAH, Berbagi KASIH. Gedankensplitter | Yang Tercecer | Mandait Morit
Labels
- ANTOLOGI PUISI 2010 (3)
- CATATAN LEPAS (40)
- Chord (1)
- Galeri LenSA (10)
- GEDICHTE (16)
- Goodnes of God (1)
- Güte von Gott (1)
- LAGU/LIEDER (6)
- Link Sastra (4)
- Lirik (1)
- OPINI (61)
- PRESSE (7)
- PUSTAKA LAMAHOLOT (9)
- RENUNGAN (19)
- Ruang Puisi (191)
- SERAMBI PARA PAKAR (11)
- WISSENSCHAFT (8)
PENULIS - AUTOR
- Gedankensplitter | Yang Tercecer | Mandait Morit
- Gera, Thüringen, Germany
- Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman
SUARA - KODA
KODAPana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.
22 December 2016
05 December 2016
SURAT UNTUK OPUNG SINTERKLAAS
SURAT UNTUK OPUNG SINTERKLAAS
(Persembahan untuk
adik-adik korban Bom Gereja Oikumene Samarinda)
Suratku ini mewakili teman-temanku korban bom Gereja
Oikumene
Yang kini lagi terbaring dan dirawat rumah sakit.
Beberapa minggu kemarin aku membesuk mereka di rumah sakit
dan bersama kami menyanyikan lagu „Kingkong“ yang kami
belajar di sekolah minggu
Aku lalu diminta teman-temanku untuk menulis surat untukmu
karena jemari mereka masih kaku dibalut perban tebal
Opung Sinterklaas,
Kami mendengar bahwa sebentar lagi Opung datang menjelajahi
kota-kota dan desa-desa,
mengunjungi rumah-rumah dan menjumpai anak-anak.
Kami tak tahu, apakah Opung juga nanti datang ke Indonesia, ke
rumah sakit untuk mengunjungi kami yang masih terbaring sakit
Lewat surat
ini kami ingin meminta Opung untuk juga datang ke Tanah Air kami Indonesia
Mengunjungi teman-teman sebaya kami yang mungkin masih takut
bermain bebas di halaman rumah.
Kami berharap agar Opung bisa mengunjungi kami di rumah
sakit, tanpa harus mengetuk pintu
Atau meminta izin pada Om Satpam yang menjaga ketika kami
sedang tidur
Opung tak
perlu sibuk membawa banyak hadiah buat kami
Kali ini
kami tak meminta hadiah pakaian untuk dikenakan pada hari ulang tahun sahabat
kami Yesus,
karena
sekujur tubuh kami terlanjur luka, sebelum hati ini kami koyakkan
Kami tak
menginginkan permainan mahal dengan teknik yang modern,
karena itu justru merakit ego dalam diri
kami tak meminta Tipi (TV) baru karena mata dan telinga kami
masih trauma
dan tidak kuat menyaksikan konflik antaragama dan peperangan
Opung cukup datang membawa malaikat kecilmu, Intan, yang
adalah teman kami
Karena sudah rindu kali kami sama dia. Bagaimana kabar teman kami itu, Opung?
Pasti Intan
sudah bahagia di sana!
Kami juga tak
meminta permen coklat, karena bibir dan lidah kami masih melepuh mengunyah asap
dan debu panas
Opung bawa saja kristal-kristal salju untuk sejukkan luka
bakar di badan dan mulut kami,
bawa
kesejukkan untuk agama-agama dan kedamaian untuk Tanah Air Kami Indonesia
Opung yang kami rindukan,
Semoga tahun depan kita bisa bermain bersama seperti dulu,
bersembunyi di balik mantel merahmu, mencari hadiah di
sepatumu melengkung panjang,
sambil mengelus-elus jenggotmu tanpa ragu dan takut karena
Opung bukannlah teroris
Sudah dulu ya Opung,
karena Pak Dokter dan Ibu Perawat sudah datang membawa jarum
suntik dan obat
Doakan kami semoga lekas sembuh.
Mauliate
Opung!
Salam Rindu
Cucu-cucumu
03 December 2016
PAYUNG PRESIDEN
PAYUNG PRESIDEN
Di luar
sana bulir hujan menikam bumi
Rintik bersahut
pada sholat-sembahyang melengking
Payung dikembang
di ambang batas istana pertiwi
Di singgasana tak perlu lagi bergeming
Jalan dan lorong tak lagi kering
Digenang doa-doa yang tumpah dari hati bening
Meluap dari muara berlumut nista
Ditampung payung biru samudera
Quelle: http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38178575 |
Angin menjentikkan orasi para ulama
Dan kami terus menghamba di kaki peradaban kian puntung
Bermunajat pada manusia setengah dewa
Sekawanan badai dihadang segera
Oleh ruas-ruas jarijari payung meregang
Payung biru masih di genggangmu
Sembari merapal ayat-ayat senandung doa
Bergetar dalam kabut nafsu kuasa penghulu
menghalau bayang-bayang makar pendahulu
Cinta pada
pertiwilah yang membuat kita bertahan dalam germis
Vianey Lein
Sankt Augustin - Mülldorf, 03.12.2016
SANDAL JEPIT
SANDAL JEPIT
Sepasang sandal jepit hadiah ulang tahun
Putus kemarin di tikungan jalan
Berpuluh kilometer waktu telah ditempuh
Menjaga kaki tak melepuh
Kini harus tergantung sepi sendiri
Tanpa kaki membawa pergi
Di atas aspal jalan-jalan panas
Dan lorong hidup yang kadang ganas
Terima kasih sandal jepit
Kau tetap menjadi berarti
Meski kau tak lagi kujepit
Kau tetap selalu di hati
Ippendorf, 11 März 2016
RINDU KAMPUNG
RINDU
KAMPUNG
Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada kokok ayam dini hari ´
Dan lolong anjing di rimba senja
Adalah rindu pada kokok ayam dini hari ´
Dan lolong anjing di rimba senja
Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada melodi dawai gambus
Dan alunan syair dolo-dolo
Pada tabu genderang kulit kambing buatan kakek
Dan hentakan kaki penari hedung
Adalah rindu pada melodi dawai gambus
Dan alunan syair dolo-dolo
Pada tabu genderang kulit kambing buatan kakek
Dan hentakan kaki penari hedung
Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada rumah dan bale bambu
Pada derit pohon asam dan asap tungku
Adalah rindu pada rumah dan bale bambu
Pada derit pohon asam dan asap tungku
Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada rinai hujan dan pelangi
Pada debu kemarau dan musim panen
Adalah rindu pada rinai hujan dan pelangi
Pada debu kemarau dan musim panen
Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada buih ombak dan karang
Pada bibir pantai dan lumat gelombang
Pada nelayan dan ikan merah
Pada petani dan jagung bakar
Adalah rindu pada buih ombak dan karang
Pada bibir pantai dan lumat gelombang
Pada nelayan dan ikan merah
Pada petani dan jagung bakar
Rinduku pada kampung
Adalah rindu pada Mokantarak
Rindu pada Lewo Tanah
Adalah rindu pada Mokantarak
Rindu pada Lewo Tanah
Vianey
Lein
Sankt Augustin, Jerman, Penghujung Tahun 2015
Sankt Augustin, Jerman, Penghujung Tahun 2015
RINDU TERTEBUS
RINDU
TERTEBUS
(Kepada
Gadis berkerudung biru tua)
Masih kusimpan fotomu
memeluk rembulan
Pudar kupandang di gugur angan
Kau gadis berkerudung biru
Gaunmu membelit rindu
Mengapa kau simpan senyum
Pada lipatan kerudung biru tua
Sementara aku lama-lama menerka di luar gereja
Ayat-ayat mazmur yang kau daras setia
Bertahun musim tak legam-legam
Di lentik matamu kau getarkan sunyi paling agung
Di katupmu kau genggam semesta doa
Di tekuk manis litani paling sakral mengangkasa
Meminta tebus rindu-rindu
purba
Kau gadis bergaun putih-putih, berkerudung biru
Di lipatan kerudungmu ingin kuselesaikan angan
Ijinkan aku mencium kesederhanaanmu
Dan biarlah sajakku menusuk rusuk-rusukmu
Ippendorf
– Jerman, 08. Maret 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)