Julia,
tak sulit kubayangkan ada laut di sudut matamu
ingin sekali aku berlayar ke sana, ke samudera luas
di balik selaput jala, meski ombak kian buas dan angin
semakin ganas
menghantam jala-jala cinta yang kutebar dari perahu rindu
Entah suara apa yang memangilku, melaut ke matamu membiru
Mungkin matamu yang senantiasa memandang tanpa batas
Aku tahu, engkau senantiasa memilih tak peduli
Menggaram sayat-sayat rindu, tergores di garis pantai jarak
Membungkam ayat-ayat syahdu, menetes dari bibir lupa
berkerak
Engkau mungkin tak tahu, biduk ini masih berlayar mencari
Menyisir pantai-pantai imaji liar, berserak antara pasir dan
karang
Bersyair tentang badai-badai bertempiar, bersajak tentang
air dan Padang
Julia,
jangan kau sembunyikan laut di balik matamu
biarlah ia menjadi pelayaran kita menuju entah
Meski nanti „bero patah pendayong“, yakin di „Ujong Aro“
kita bertemu
Meski „hati tepele tanjong“, „inga se selamanya hati torang hatu“
VL_17.01.2018
-
„Bero
patah pendayong“: perahu yang patah pendayung (bdk. Lagu Vivi Nor „Kita Rela)
-
„Ujong Aro“:
ujung arus (bdk. Lagu Fajar Band „Janji Ujong Aro)
-
„Hati tepele
tanjong“: hati terpeleh tanjung
-
„inga se
selamanya hati torang hatu“: ingatlah selalu, selamanya hati kita satu
Foto: @Künstlerin_Bettina Hilker_Künstlerplattform ShowYourArt |
No comments:
Post a Comment