PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

18 January 2018

SARAPAN MUSIM DINGIN

SARAPAN MUSIM DINGIN

Foto: Jagung Titi_Pictame
Julia, 
ijinkan aku larutkan wajahmu 
dalam secangkir kopi pagi ini
juga sehelai jiwamu 
ingin kukecap pada sekerat roti

Aku tak lagi punya „jagung titi“
Karena tungku telah lama sepi dipadam zaman
Dan tembikar warisan itu telah dibawa pergi
Di lahan petani telah ditabur benih-benih onani
Orgasme politik penuh utopi

Sejak itu ibu hanya menanak batu
Merebus nasib nasib yang pahit membeku
Memanggang sisa-sisa mimpi yang basi 
Dan ayah hanya mencangkul matahari
Karena hujan terperangkap di lubang tambang penuh benalu

Julia,
Terima kasih kamu telah membuat pagiku hangat 
Ketika sisa-sisa mimpi membuat kopiku terasa dingin dan pahit
Semoga aku menjumpai lagi wajahmu di dasar cangkir kopi
Di mulut cangkir aku menanti 
Dengan bekas bibirmu yang masih melekat

VL_17.01.2017

*Jagung titi: makanan khas masyarakat Flores Timur dan Lembata; biasanya dihidangkan saat sarapan dan saat minum sore, juga sebagai hidangan untuk para tamu: biasanya dihidangkan bersama sayur rumpu rampe (daun singkong, bunga pepaya, buah pepaya, dll yang ditumis). Bahan dasar jagung titi adalah jagung yang disangan dalam tembikar tanah lalu dipipihkan dengan lempeng batu (Besar dan kecil). Disebut „Jagung titi“ karena dipipihkan secara manual dengan tengan manusia. 

No comments:

Post a Comment