PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

14 December 2014

KARANGAN ADVENT UNTUK JULIA


KARANGAN ADVENT UNTUK JULIA

Julia,
Bild: retter.tv Archuvbild
Udara musim dingin yang menyelinap di antara rongga-rongga hari seakan menyengat juga dinding pori-pori tubuhku, mengalir dan terus mengalir hingga membuat badan gemetar-menggigil, lalu hanya bisa terbaring di balik selimut yang sudah kusiap di akhir musim gugur. Perasaanku tentang waktu pun tak lagi menentu. Mentari sering telat menyinar pagi; suram dan padam lebih awal di ufuk barat; senja menjadi lebih cepat kelam dan gelap. Lampu pijar yang dibakar pada kumparan Atom-Nuklir itu mulai dinyalakan lebih awal di tiap rumah dan kantor tempat kerja sebelum malam jatuh pada saat yang semestinya. Kegelapan mengitari waktu. Mungkin itu baik juga buat aku untuk perlahan mengumpulkan tenaga pada lama dan gelapnya jam-jam musim dingin, hingga aku tiba pada musim berikut.

Benar,bahwa terkadang kegelapan itu tidak membuat kita tidak bisa berbuat banyak, seperti halnya ketika Listrik di kampungku begitu sering padam, lalu kami mulai menyalakan pelita atau lilin, biar bisa mengerjakan pekerjaan rumah atau belajar. Sudah tentu rongga hidung kami akan menjadi pekat dipanggang asap pelita dan lilin. Kita selalu ingin mengubah malam-malam kita menjadi siang,mengubah gelap menjadi terang.

Julia,
Advent (di Eropa), selalu hadir pada saat, dimana malam menjadi lebih panjang, hadir di saat gelap musim dingin datang menudung. Mungkin Advent menjadi peluang atau kemungkinan bagi kita untuk mencari dan menemukan pesan-pesan di balik kegelapan itu. Kita tak pernah menjumpai malam-malam yang panjang seperti saat ini pada musim-musim yang lain dalam satu revolusi planet bumi. Sesudah Natal nanti, siang akan menjadi lebih panjang, dan malam akan menjadi lebih pendek.

Julia,
Mungkin di kota lebih sulit bagi kita untuk merasakan atau mengalami kegelapan. Kesuraman atau kegelapan yang sesungguhnya itu lebih hadir di desa-desa terpencil, di dusun-dusun sunyi yang jauh dari kerlap-kerlip lampu kota dan bias-bias cahaya di sepanjang jalan raya dantrotoar, di rumah-rumah tingkat dan gedung-gedung pencakar langit. Karena itu aku ingin mengajakmu untuk keluar dari kamar kita yang penuh dengan cahaya yang terkadang menyilaukan mata. Ya, keluar ke lorong-lorong gelap bersama karangana dvent yang kurangkai dari ranting cemara dan pinus, melilit empat lilin ditepiannya. Momen ini mungkin akan menjadi malam panjang kita, dalam perjalanan menuju Bethlehem, menuju Palung Sang Bayi.

Julia, mungkin kamu bertanya, apakah kita bisa menjumpai malam-malam kita? Kita butuh keberanian dan kejujuran untuk bisa memandang sisi gelap kehidupan kita. Aku yakin, dalam kegelapan kita bisa lebih berkonsentrasi pada apa yang melekat pada diri, pada realitas yang ada disekitar kita. Kita juga akan menjadi lebih tenang dan tidak tergesa-gesa,dengan itu kita bisa memandang „kejelasan“ dan menemukan kekuatan. Kita juga akan menjumpai cahaya dan tidak hanya terus bermain dengan bayang-bayang kita sendiri.

Julia, selamat berziarah menelusuri rongga-rongga malammu. Pada karangan advent kita menyatu, dan dalam doa kita bertemu……


Selamat memasuki Minggu Advent I
Vianney Lein,

Sankt Augustin 30 November 2014






No comments:

Post a Comment