PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

13 September 2014

Di Pantai Ostia

Di Pantai Ostia

Julia,
Memandang samudramu lepas
Menghempaskan Bola mataku pada pencaharian tiada akhir
Mengecap biru lautmu
Bagai menggaram luka yang belum kering
Mendulang hempasan busa gelombangmu
Aku terhempas di tepian
Lalu Hanya kutulis namamu di hamparan pasir
Tapi seketika dilumat ombak di bibir pantaimu....
Sekali lagi kupanggil namamu dari bibir ingatan yang kian melepuh

Julia,
Di Ostia kita dibaptis dalam kasih
Ketika Rasul Paulus menebar jala di di tepian dermaga
Paulus, yang minggu kemarin menuliskan kita sepucuk surat kasih:
"hendaklah kamu saling mengasihi. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
Di Ostia kita ceburkan diri,
Berbaring-berjemur di hamparan pasir putih
Sembari memandang senja yang perlahan tenggelam dengan warna lembayung paling agung
Di Ostia kita belajar meratap
Bersama Santo Agustinus, yang juga adalah sastrawan itu,
Ketika kehilangan Sang Bunda Monika di buritan Kapal
Lalu kita bernyanyi bersama ombak:
"Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia"

Di Ostia kita belajar mencinta
Di Ostia kita berujar setia
Di Ostia kita 'kan bersua

Di tepi pantai Ostia, 
11 September 2014
VianneyL

FONTANA DI TREVI

FONTANA DI TREVI*


Julia,
Malam ini kucoba mencari jejak-jejakmu sunyi
di pahatan luka musim berlalu panas dan ganas
Di Fontana di Trevi aku mencari jejakmu
Wajahmu kucari di antara ribuan koin berserak
Juga pancuran itu kering terbakar kapur
disiram cahaya rembulan meredup

Julia,
Ke dasar pancuran aku tak melempar koin
Tapi aku akan kembali menjemputmu di Bologna
Dengan kecupan sederhana
Karena sisa rindu tlah kutambat
di gerbang kota yang kian pucat-pekat


(Malam, di tepian Sumur-Pancur Fontana di Trevi
yang sedang direnovasi.....kecewa... September 2014)


*Fontana di Trevi adalah sebuah Sumur-Pancur di kota Roma dengan lebar 20m dan tinggih 26m, di balik Palas atau istana kekaisaran. Ini melambangkan wilayah kekuasaan raja atas samudra. Sumur-pancur ini memiliki daya pikat tersendiri bagi setiap wisatawan. Di dasarnya terlihat banyak koin atau uang logam yang sengaja dilempar para wisatawan, dengan keyakinan bahwa suatu saat akan kembali lagi ke kota abadi itu... Tapi sayang, kali ini Fontana di Trevi sedang direnovasi......

Gapura Jiwa

Gapura Jiwa

Julia,
Kembali aku membekaskan jejak kaki pada kota tua ini
tapi kali ini bukan di atas jalanan batu berdebu
Kali ini di atas marmer dan mozaik berabad usia


Setiap kali aku melangka,
memandang lukisan Sang Maestro ternama pada dinding karang,
Juga langit-langit yang tak luput disulap megah,
aku merasa seperti ada sesuatu yang membuntutiku
Bayanganmu, suaramu, bau tubuhmu
menjelma di pigura-pigura berdandan kekaisaran
memberi salam dari mulut patung-patung telanjang yang berjejer

Kaukah itu, Julia?
Tidakkah kau baring di empuk ranjangmu
dekat bantai para Gladiaotor?

Aku terpaku di antara pilar-pilar marmer
memandang alun-alun kudus
dijejal sunyi para teolog, mistikus
dan nyanyian nihilisme para atheis: Allah telah Mati
Dibias khusuk Kaum berjubah dan solek gadis berpakaian mini
Dikerumun Tawa wisatawan dan jerit pengemis
ya, memandang wajahmu dan wajahku retak
di dasar pancuran mengering

Julia,
lukisan dan patung-patung itu masih berbicara padaku
dan mungkin akan terus berkata-kata dalam bahasa mereka
yang terkadang aku tak mengerti
Kita mungkin hanya bermegah di antara nama besar para seniman
yang membahasakan iman, harap dan kasih yang mereka paham
lewat lukisan dan pigura-pigura
Di Gapura ini juga ingin kulukis rupa kita
tapi bukan wajah atau tubuh kita, Julia..
Jiwa kita-lah yang ingin kuabadikan
Ya, jiwa kita yang telanjang

Vianney L.
Piazza San Pietro und Sixstinische Kapelle,
06 August 2014

Rembulan di atas Colosseum


Rembulan di atas Colosseum

Julia,
malam ini kususuri lorong tanpa nama
di antara bongkahan batu tua
tertimbun di bawah cahaya rembulan
Mengenang wajahmu pada dinding malam
yang sebentar lagi runtuh
bersama butiran debu di tepian Colosseum

¨Aku telat datang mencumbuimu di kota tua
Sementara rindumu telah kau kuburkan
di bawah puing-puingnya ...¨

Julia,
Rembulan masih genit merayu
Seperti orang Bangladesh itu
Menawar selempang buat hidup istri dan anaknya
Ingin pula kurayu jiwamu merayakan cinta dan bulan madu di Jalur Gaza
Tapi, apakah itu mungkin
Sementara rembulan hampir jatuh di balik Colosseum
Hanya kudekap malamku yang kian gelisah
sambil nyanyikan rindu bersama pengungsi
yang kehilangan kampung halaman


Suatu Malam, di Tepian Colosseum
Roma, 05. September 2014
Vianney Leyn