Gapura Jiwa
Julia,
Kembali aku membekaskan jejak kaki pada kota tua ini
tapi kali ini bukan di atas jalanan batu berdebu
Kali ini di atas marmer dan mozaik berabad usia
Setiap kali aku melangka,
memandang lukisan Sang Maestro ternama pada dinding karang,
Juga langit-langit yang tak luput disulap megah,
aku merasa seperti ada sesuatu yang membuntutiku
Bayanganmu, suaramu, bau tubuhmu
menjelma di pigura-pigura berdandan kekaisaran
memberi salam dari mulut patung-patung telanjang yang berjejer
Kaukah itu, Julia?
Tidakkah kau baring di empuk ranjangmu
dekat bantai para Gladiaotor?
Aku terpaku di antara pilar-pilar marmer
memandang alun-alun kudus
dijejal sunyi para teolog, mistikus
dan nyanyian nihilisme para atheis: Allah telah Mati
Dibias khusuk Kaum berjubah dan solek gadis berpakaian mini
Dikerumun Tawa wisatawan dan jerit pengemis
ya, memandang wajahmu dan wajahku retak
di dasar pancuran mengering
Julia,
lukisan dan patung-patung itu masih berbicara padaku
dan mungkin akan terus berkata-kata dalam bahasa mereka
yang terkadang aku tak mengerti
Kita mungkin hanya bermegah di antara nama besar para seniman
yang membahasakan iman, harap dan kasih yang mereka paham
lewat lukisan dan pigura-pigura
Di Gapura ini juga ingin kulukis rupa kita
tapi bukan wajah atau tubuh kita, Julia..
Jiwa kita-lah yang ingin kuabadikan
Ya, jiwa kita yang telanjang
Vianney L.
Piazza San Pietro und Sixstinische Kapelle,
06 August 2014
"Mandait" (bahasa batak) berarti: memungut, mengumpulkan. "Morit" (bahasa Lamaholot-Flores Timur) yang berarti: Hidup, Kehidupan. "Mandait Morit" merupakan sebuah narasi kehidupan yang dipungut-dikumpulkan di jalan waktu, yang tercecer di ruang-ruang kehidupan untuk dibagi, dikisahkan, baik dalam bentuk teks, audio maupun audio-visual, sebagaimana moto Mandait Morit: Berbagi KISAH, Berbagi KASIH. Gedankensplitter | Yang Tercecer | Mandait Morit
Labels
- ANTOLOGI PUISI 2010 (3)
- CATATAN LEPAS (40)
- Chord (1)
- Galeri LenSA (10)
- GEDICHTE (16)
- Goodnes of God (1)
- Güte von Gott (1)
- LAGU/LIEDER (6)
- Link Sastra (4)
- Lirik (1)
- OPINI (61)
- PRESSE (7)
- PUSTAKA LAMAHOLOT (9)
- RENUNGAN (19)
- Ruang Puisi (191)
- SERAMBI PARA PAKAR (11)
- WISSENSCHAFT (8)
PENULIS - AUTOR
- Gedankensplitter | Yang Tercecer | Mandait Morit
- Gera, Thüringen, Germany
- Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman
SUARA - KODA
KODAPana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.
No comments:
Post a Comment