PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

05 November 2010

PUISI KELANA KATA DAN JARAK KITA

                                                                        JARAK KITA
Sebuah mistar terpampang
pada penampang berumur
terpisah jarak yg tak jelas
namun tak luntur

Hanya goresan pena pada senja guntur
melukis cinta
nan tulus 'tuk yg jauh
tersungkur 'tuk bersyukur...

Aku cinta pada yang tak terjangkau
Rindu pada yang tak terukur





KELANA KATA

Aku kelana KATA
Menyusuri rongga malam
dengan lentera purba

Merangkak pada bukit
Mengejar Matahari yang belum lagi terbit
Karena kata bunda, KATA itu ada di garis-garis sunyi
Pada ruas-ruas cahayanya

Akh,…
Ada hati terbelenggu
Menjerit di kelamnya malam
Mengaduh antara serpihan dosa
Terpojok dalam keterasingan
… … …
Aku tak peduli,
Karena matahari hampir terbit
Dan aku harus mendengar dari kesunyiannya merentang usiaku
Tunggu aku kembali

Aku bersemadi dalam kekosongan jiwa
Dalam kebeningan budi
Perlahan mendengar KATA dengan mata yang masih terkatup
Terpantul dari ruas-ruas cahaya, menggema di dinding jiwa
Hingga aku sadar dan tahu
Lenteraku telah padam
Dan kini kugenggam cahaya abadi
dalam guratan KATA yang kupunyai

Akh, aku ini bentara KATA
Aku harus kembali ke dusun terpencil
Membawa Cahaya abadi KATA yang telah kupunyai
Agar terurai segala belenggu
Cair segala kebekuan
Dan rintihan sukma terhenti

Bukalah jendela pada atap langit
lebarkan gerbang pada sebelah timur bumi
Karena aku datang membawa cahaya KATA abadi

No comments:

Post a Comment