PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

07 March 2018

ZIARAH

ZIARAH


Dengan kaki ingatan kita berjalan ke rumah masa silam

Bergandengan pada tangan-tangan mimpi yang masih bermalam

Di rongga dada dan lorong-lorong nadi


Kita telah membangun jalan-jalan itu

Mulai dari pelosok rahim yang batunya adalah sunyi

Dari kampung yang halamannya adalah masa kecil kita

Dari hutan yang akarnya adalah kata

Menuju negeri kekal dalam rindu sembahyang

Di pucuk-pucuk pohon ziarah meninggih langit


VL_07. Maret 2018 






06 March 2018

SEBELUM HARI KE EMPAT PULUH

SEBELUM HARI KE EMPAT PULUH

Julia,

Minggu kemarin aku mencari wajahmu di deretan bangku jati dan mahoni
Di anak-anak tangga dan ubin menuju altar terus kupanggil namamu
Aku mencari suaramu di mimbar kayu dan halaman-halaman kitab
Merunut jejak-jejak jubahmu yang mewangi di lintas perarakan menuju ruang sempit sakristi
Lalu menunggu di kamar pengakuan, tempat paling intim kita:

Ketika aku menelanjangi diriku di atas ranjang matamu yang maha luas
Berbaring di rahim bibirmu yang selalu siap melahirkan aku kembali di setiap jalan menuju pulang
Dan engkau mulai meraba setiap lekak lekuk tubuhku
juga punggungku yang merongga kau balut dengan gulungan kitab 
Yang kau kunyah dengan secawan anggur paling merah

Julia,
Bild: Domradio
 
Aku ingin lagi, dan lagi
Sebelum hari ke empat puluh
Saat engkau datang membuahi telur yang kutanam di petak-petak tubuh

VL_02.03.2018


01 March 2018

Setelah Enam Tahun

SETELAH ENAM TAHUN


Julia, 
enam tahun sudah kita tak bertemu di musim yang putih-putih
Membelai pipimu merah menimang dingin yang berguguguran
Mengejar angan yang berkeliaran bersama angin dan hujan
Lalu ingin beristirahat di bawah kelopak mata yang menopang beku embun

Kini aku bertandang ke ruang matamu
Melumat bibirmu hingga luka, ya karena aku adalah musim percintaan 
yang mengetuk luka di ambang waktu
Merayap ke bukit-bukit dadamu yang bergurun-gurun dalam puasa:
„Peluklah aku hingga tiada“



VL_Februari 2018