Julia,
Langit pagi hari
ini terlihat cerah setelah beberapa hari ditudung mendung dan kabut dingin yang
meradang sampai ke tulang-tulangku. Namun aku masih saja mendekam di balik
selimut, sementara orang-orang pada bergegas ke tempat aktivitas mereka. Di
balik selimut kumal aku menemukan, bahwa tidak ada yang berubah atau yang
tampak baru dalam hidupku – Ya, seperti kata Pengkhotbah: tidak ada yang baru
di bawah matahari. Semuanya adalah sia-sia.
Ach, aku tak mau
tinggal di dalam kesia-siaan, atau hidup untuk sebuah kesia-siaan, meskipun segala
apa yang aku lakukan dan perjuangkan nanti berakhir pada titik kematian yang
tak dirindu setiap insan manusia. Sebelum hari ini menjadi lampau dan cerah
padam di batas senja, aku ingin memberi makna perubahan pada hidup yang puluhan
tahun telah berlalu, memberi arti tentang kebaruan pada mimpi-mimpi yang keras menggumpalkan
tanya misterius. Adagium latin yang kupelajari waktu SMA dulu seakan memberi
interupsi padaku: „Tempora mutantur, nos et mutamur in illis“ – waktu berubah,
dan kita pun berubah di dalamnya.
Namun perubahan
itu bukan sekedar rangkaian metamorfosis lahiriah yang hanya memberikan kesan
sementara, tanpa ada makna yang tinggal tetap dalam hidup. Lebih parah lagi,
jika orang mengenakan topeng hanya untuk memberi adanya kesan perubahan, enggan
menjadi diri mereka sendiri. Hidup bukan sekedar menghitung kesalahan-kesalahan
masa lalu, tetapi niatan hati untuk berubah mendekati kesempurnaan. Karena itu,
tanggalkan saja topeng, meski ada bopeng!
Julia,
Hari-hari
kemarin yang hujan dalam ingatanku, menghempaskan aku pada ingatan yang basah tentang
perkenalan kita yang „kebetulan“ itu. Seperti bulir-bulir hujan,
kenangan-kenangan itu mengalir dalam rongga-rongga jiwa. Meski penggalan-penggalan
kisah itu telah luruh di tebing waktu lampau, ingatan akan per-HATI-an yang
kamu tunjukkan masih membekas, dan mungkin selamanya mengambang dalam rumah
kenangan yang telah kita bangun. Jujur, aku jatuh cinta pada kewanitaanmu –
atau lebih tepatnya pada keibuanmu yang memberi per-HATI-an atas kesadaran yang
tulus dan ikhlas, tanpa dibuat-dibuat, tanpa topeng. Kau menyihirku dalam
kebijaksanaanmu yang ayu. Karena itu, tiba-tiba kau menyingkir dari ruang
kehidupanku, aku merasa seperti ada yang berubah. Bukan perubahan seperti inilah
yang kukehendaki; bukan Julia. Tapi aku akan memaknainya sebagai dinamika hidup
yang mesti dijalani. Andai saja kau dan aku berada dalam ruang tanpa jarak dan
berdiri pada derajad waktu yang sama, ingin kurayakan kenangan ini bersamamu.
Namun, saat ini aku hanya mampu katakan TERIMA KASIH bersama rindu yang terurai.***
Bild-Quelle:
http://www.hd-gbpics.de/liebeskummer.html
http://www.hd-gbpics.de/liebeskummer.html
No comments:
Post a Comment