TETAPLAH MELANGKAH MAJU
Julia,
Bahwa hidup
merupakan deretan kemungkinan yang mesti disiasati, itu menuntut keterbukaan terhadap
realitas peluang dan tantangan. Tangan yang lapang untuk siap merangkul
keduanya dan bola mata yang memotret jauh-dekat pengalaman - entah itu di masa
lampau, kekinian atau masa akanan - merupakan modal besar dalam mendesign hidup
di atas sketsa keserbamungkinan. Ibarat merangkai puzzle, kita juga merangkai
kepingan-kepingan kemungkinan di atas pijak-pijak hidup. Artinya, kita tak bisa
lari menghindar dari apa yang disebut tantangan. Lari dari persoalan hidup
bukanlah cara tepat untuk mengatasinya. Kita mesti selalu siap dan tegar
melewati setiap aral dan rintangan. Ya, seperti puzzle, menghilangkan sekeping
akan menjadikan suatu lukisan atau gambar tidak sempurna; dan semakin banyak
kamu menghilangkan kepingan puzzle, lukisan yang kamu hasilkan juga akan jauh
dari keindahan.
„Orang juga
tidak boleh pasif menghadang ketika menjumpai pegunungan“, begitu kata
Konfusius, „tetapi berusaha menyusup di antara perbukitan bahkan terowongan dan
gua-gua gelap untuk bisa menyeberangi deretan pegunungan“. Jalan-jalan asing
dan lorong-lorong gelap akan kamu lewati. Bahasa-bahasa asing yang tidak kamu
mengerti dan orang-orang dengan wajah baru juga kelak kamu jumpai dalam ziarah
hidupmu. Ada yang memandang sinis tanpa memberi salam, ada yang menatap penuh
curiga tanpa simpati dan empati. Pernik-pernik kebahagiaan tidak hanya ditenun
dari sutera atau gumpalan kapas putih yang lembut. Terkadang kita lupa, bahwa
rumah kebahagiaan juga dibangun di atas wadas yang merobekan kaki dan endapan
lumpur hitam yang meluap dari bebukitan dan pegunungan api. Di sini aku pun
semakin yakin dengan apa yang dikatakan oleh seorang Teolog awam berkebangsaan
Swiss, Carl Hilty, bahwa takaran kualitas hidup dan kebahagiaan tidak
ditentukan oleh banyak atau sedikitnya kesulitan yang dialami seseorang, melainkan
jaya kemenangan dalam melewati setiap tantangan. Bahkan justru di dalam
sulitnya tantangan kita temukan peluang-peluang dan di dalamnya kita belajar
menjadi kuat, sebagaimana yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada
jemaat di Korintus: „Sebab jika aku lemah, maka aku kuat“ (2 Kor 12:10).
Engkau mungkin
tak tahu, ada apa di balik setiap tantangan dan kesulitan hidup. Satu hal yang
mesti kamu tahu adalah keyakinan, bahwa kamu bisa tiba pada tujuan dari ribuan
langkah panjang yang telah dimulai. Tanggalkan segala ragu dan cemas yang
membajui raga dan jiwamu, kuburkan pesimisme yang terus menggelembung di batok
kepalamu! Tegakkan kepalamu untuk terus melangkah dalam ziarah
keserbamungkinan!
Namun satu yang
tidak boleh kamu abaikan: jangan lupa menengadah ke langit yang setia
menudungmu, berkiblat ke matahari yang memberi kehangatan dan terang di
lorong-lorong gelap. Lemparkan saja kepingangan puzzle ke langit, ketika kamu
tak tahu di mana kamu hendak merangkainya; dan nantikan jatuhnya kembali.
Mungkin kamu temukan jawabannya. Kita memang tak pernah saling pandang, namun
tak seharusnya kita saling abaikan. Kita saling mengenang dalam riuh sembahyang
dan tedu semadi.***
No comments:
Post a Comment