PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

05 March 2017

TETAPLAH MELANGKAH MAJU


TETAPLAH MELANGKAH MAJU

Julia,

Bahwa hidup merupakan deretan kemungkinan yang mesti disiasati, itu menuntut keterbukaan terhadap realitas peluang dan tantangan. Tangan yang lapang untuk siap merangkul keduanya dan bola mata yang memotret jauh-dekat pengalaman - entah itu di masa lampau, kekinian atau masa akanan - merupakan modal besar dalam mendesign hidup di atas sketsa keserbamungkinan. Ibarat merangkai puzzle, kita juga merangkai kepingan-kepingan kemungkinan di atas pijak-pijak hidup. Artinya, kita tak bisa lari menghindar dari apa yang disebut tantangan. Lari dari persoalan hidup bukanlah cara tepat untuk mengatasinya. Kita mesti selalu siap dan tegar melewati setiap aral dan rintangan. Ya, seperti puzzle, menghilangkan sekeping akan menjadikan suatu lukisan atau gambar tidak sempurna; dan semakin banyak kamu menghilangkan kepingan puzzle, lukisan yang kamu hasilkan juga akan jauh dari keindahan.

„Orang juga tidak boleh pasif menghadang ketika menjumpai pegunungan“, begitu kata Konfusius, „tetapi berusaha menyusup di antara perbukitan bahkan terowongan dan gua-gua gelap untuk bisa menyeberangi deretan pegunungan“. Jalan-jalan asing dan lorong-lorong gelap akan kamu lewati. Bahasa-bahasa asing yang tidak kamu mengerti dan orang-orang dengan wajah baru juga kelak kamu jumpai dalam ziarah hidupmu. Ada yang memandang sinis tanpa memberi salam, ada yang menatap penuh curiga tanpa simpati dan empati. Pernik-pernik kebahagiaan tidak hanya ditenun dari sutera atau gumpalan kapas putih yang lembut. Terkadang kita lupa, bahwa rumah kebahagiaan juga dibangun di atas wadas yang merobekan kaki dan endapan lumpur hitam yang meluap dari bebukitan dan pegunungan api. Di sini aku pun semakin yakin dengan apa yang dikatakan oleh seorang Teolog awam berkebangsaan Swiss, Carl Hilty, bahwa takaran kualitas hidup dan kebahagiaan tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya kesulitan yang dialami seseorang, melainkan jaya kemenangan dalam melewati setiap tantangan. Bahkan justru di dalam sulitnya tantangan kita temukan peluang-peluang dan di dalamnya kita belajar menjadi kuat, sebagaimana yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus: „Sebab jika aku lemah, maka aku kuat“ (2 Kor 12:10).

Engkau mungkin tak tahu, ada apa di balik setiap tantangan dan kesulitan hidup. Satu hal yang mesti kamu tahu adalah keyakinan, bahwa kamu bisa tiba pada tujuan dari ribuan langkah panjang yang telah dimulai. Tanggalkan segala ragu dan cemas yang membajui raga dan jiwamu, kuburkan pesimisme yang terus menggelembung di batok kepalamu! Tegakkan kepalamu untuk terus melangkah dalam ziarah keserbamungkinan!

Namun satu yang tidak boleh kamu abaikan: jangan lupa menengadah ke langit yang setia menudungmu, berkiblat ke matahari yang memberi kehangatan dan terang di lorong-lorong gelap. Lemparkan saja kepingangan puzzle ke langit, ketika kamu tak tahu di mana kamu hendak merangkainya; dan nantikan jatuhnya kembali. Mungkin kamu temukan jawabannya. Kita memang tak pernah saling pandang, namun tak seharusnya kita saling abaikan. Kita saling mengenang dalam riuh sembahyang dan tedu semadi.***

No comments:

Post a Comment