PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

24 February 2017

KEPADA GADIS SUNDA KELAPA

KEPADA GADIS SUNDA KELAPA

Hari belum purna ketika kau sapa di antara wajah-wajah tak terbilang
Entah kenapa, engkau seperti sosok yang menggentarkan serentak memikat
Rupamu mengajakku menerka jiwa, meski kutahu itu kadang keliru. Ia mesti dialami, diselami. Tak cukup menduga-duga dalam ketidakpastian!
Namamu baru saja kulafal di bibir ingatan yang terus bergetar, tapi sepertinya sudah lama kubaca di lorong-lorong kenangan yang menuju ke banyak alamat: aku sendiri tak tahu!
Ingin selalu kupanggil namamu, aksara paling puitis, fonem paling merdu – rumah kenangan dan jantung puisi yang mengajarku bercinta dengan Sophia dan hanya melahirkan deretan tanya
Tak peduli sudah berapa lama kita berjalan di lorong-lorong menuju ke banyak alamat, tak perlu menghitung sudah berapa kali kita menatap dalam semu
Aku tak ingin menunggumu di senja yang lain, sebelum malam-malamku penuh cemburu yang kutumpahkan bersama ilusi-ilusi liar dan sunyi

Bukankah hidup hanyalah deretan kemungkinan yang mesti dijalani dan menagih kepastian?
Ombak pun tak memilih di karang mana tuk pecahkan buih
Engkau dan aku pun tak memilih melaut ke tiap-tiap hati. Semuanya adalah kebetulan
Namun hidup butuh kepastian: kapan bisa bertemu di Sunda Kelapa?

Sankt Augustin Mülldorf, 24.02.2017

No comments:

Post a Comment