PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

23 February 2017

Kemenangan BEREUN: antara Euforia dan Sinisme


Kemenangan BEREUN: antara Euforia dan Sinisme
Vian Lein
Warga Desa Mokantarak - Flotim

Media TV Jerman Tageschau.de dan siaran Radio ARD pada 15 Februari lalu merilis berita tentang Pilgub DKI Jakarta di bawah tajuk: Wählen in Jakarta: das Ende der Toleranz? (Pemilu di Jakarta: akhir sebuah toleransi?). Redaksi pertanyaan ‚harap-harap cemas‘ ini dilatarbelakangi oleh keyakinan publik internasional , bahwa Indonesia (hingga kini) adalah contoh islam toleran dan jakarta sebagai ibu kota negara menjadi sorotan utama. „Hingga kini Indonesia dianggap sebagai contoh islam yang toleran. Namun hujatan dan perlawanan terhadap Gubernur kristen di Jakarta menunjukkan tumbuh dan berkembangnya pengaruh kaum radikal. Pemilihan gubernur di ibu kota menjadi batu uji untuk toleransi“, demikian teras berita (lead) media Jerman. Di tengah perlawanan masif dari FPI dan kelompok-kelompok yang berjubah agama, keunggulan Ahok-Djarot dalam perhitungan suara putaran pertama bagi saya adalah sebuah kejutan dan angin segar untuk demokrasi. Mungkin ini adalah sebuah kesimpulan prematur, karena masih ada pertarungan pada putaran kedua; namun paling tidak dukungan yang masih banyak pada pihak Ahok bisa memberi sinyal positif, bahwa sentimen agama, isu-isu primordialisme dan belenggu diskrimanasi kepada kaum minoritas bisa dipatahkan.

Lalu, bagaimana dengan Pemilukada Flotim?

Mengikuti proses perkembangan pesta demokrasi lokal di Flotim, baik lewat pemberitaan pers maupun diskusi publik di media sosial Facebook, hemat saya, Pemilukada Flotim juga tak kalah tegangnya dari Pilgub DKI. Ada isu primordialisme seperti status kedaerahan yang dilemparkan ke dalam gelanggang kontestasi. Politik pencitraan untuk mengatrol elektabilitas calon yang dijagokan, serentak menjatuhkan rival-rival lain pun turut mewarnai hajatan demokrasi itu. Arus rivalitas antara Timses dan relawan yang masih terasa di media sosial sepertinya memberi kesan, bahwa kompetisi ini belum berakhir, meski rekapitulasi hasil quick count Pilkada menunjukkan paket BEREUN (Anton Gege Hadjon – Agustinus Boli) sebagai pemenangnya.

Euforia dan Sinisme
Kemenangan BEREUN menimbulkan beragam tanggapan di publik.
Pertama, senang-bahagia atas hasil yang diperoleh. Reaksi ini tentu berasal dari pihak pemenang (Timses, relawan dan rakyat pendukung). Kedua, kecewa, sedih dan kaget. Kegagalan untuk meraih kursi Flotim 1 sudah pasti meninggalkan rasa kecewa, atau mungkin kaget karena sebelumnya begitu optimis bahwa timnya akan menang dalam pertarungan. Ketiga, biasa-biasa saja, tak mau heboh: „terserah siapa yang jadi bupati atau wakil, toh saya dari dulu sampai sekarang tetap memancing di laut dan kerja kebun. Persoalan masih yang sama: air, listrik, dll.“ Keempat, sikap lapang menerima hasil Pilkada dan siap mendukung pemimpin terpilih sambil tetap optimis untuk berjuang bersama membangung Lewo Tana.

BEREUN – sebagai pemimpin terpilih – mesti serius menanggapi beragam reaksi masyarakat dan bukannya bersikap apatis. Ini merupakan tugas pertama BEREUN dalam proyeknya lima tahun ke depan, yakni merangkul dan mempersatukan seluruh masyarakat Flotim karena itulah yang menjadi basis perjuangan. Politik bukanlah soal manuver merebut kekuasaan, melainkan sebagai upaya bersama mencapai bonum commune.  Hal ini penting agar tidak ada yang merasa teralienasi dari kehidupan politik dan pemerintahan serta untuk menghindari adanya perasaan kehilangan nilai dan arah hidup (anomi). Orang-orang yang teralienasi akan menilai aturan-aturan dan kebijakan sebagai tidak adil dan hanya menguntungkan penguasa.

Kalah-menang adalah bagian integral dari sebuah kompetisi Pemilu. Siapa yang bertarung harus terbuka untuk setiap kemungkinan. Sikap rendah hati dan ksatria menerima kekalahan dan mengakui keunggulan lawan adalah tanda kedewasaan dalam berdemokrasi. Ketidak-sukaan pada seorang pemimpin terpilih dapat menggiring kepada apatisme politik dan atau politik sinis. Politik sinis adalah politik yang berbasiskan pada kecurigaan, bahkan terhadap hal-hal positif yang terjadi. Kecurigaan dan pesimisme adalah elemen yang melekat pada diri mereka (Wattimena: 2010). Sikap „kawal“ atau fungsi „kontrol“ terhadap pemimpin memang sangat dibutuhkan untuk tujuan „kebaikan bersama“, tetapi bukan berarti mencari-cari kesalahan untuk menjegal dan menjatuhkan. Di tengah semakin banyak persoalan yang muncul akibat perbedaan persepsi, suku dan kepentingan, kesadaran diskursif untuk bersikap kritis dan melahirkan gagasan kreatif dan inovatif menjadi sebuah kemendesakan. Komunikasi yang baik antara pemimpin dan rakyatnya dapat merekatkan setiap elemen-elemen sosial yang berbeda.

Setiap Timses, relawan dan rakyat pendukung pasti menjagokan Paslonnya masing-masing, apalagi setelah diketahui bahwa Paslonnya memenangkan kontestasi. Ekspresi senang, bahagia atas kemenangan seperti sorak-sorai, parade atau ritual lainnya adalah wajar. Terkadang sikap idolatria dan membiarkan diri tenggelam di riak-riak euforia adalah sesuatu yang naif. Paradigma politik yang percaya begitu saja (politik naif) akan memenjarakan sikap kritis-bebas seseorang. Yang terjadi adalah „pembiaran“ atas kesalahan -kesalahan dan suara lantang „setuju“ atas setiap kebijakan publik tanpa kajian kritis karena mereka yakin, bahwa „semua tindakan manusia selalu didorong oleh niat yang tulus“ (Wattimena: 2010).

Akhirnya, mari kita semua bersatu hati mendukung dan mendampingi pemimpin yang baru terpilih. Kita berharap agar perseteruan antara tim pemenang dan pendukung masing-masing Paslon segera berakhir dan tidak mengarah kepada gelombang konflik di Lewo Tana.***

Sumber Gambar:
Paket Bereun: http://www.jurnaltimur.com/2016/10/dapat-nomor-urut-6-anton-hadjon-lebih.html
Konvoi Kemenangan Paket Bereun:
http://www.timur-ntt.com/2017/01/27/duabelas-ribu-massa-hadiri-kampanye-paket-bereun-agh-ab/  


No comments:

Post a Comment