PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

14 February 2017

JANGAN GALAU KARENA MANTAN

JANGAN GALAU KARENA MANTAN
Catatan hari Valentine untuk Republik

"Malam ini aku harus menemuimu dan ingin berbicara dari hati ke hati“, tulis Heidegger dalam sebuah suratnya kepada Arendt. Relasi cinta antara Hannah Arendt dan Martin Heidegger boleh dibilang unik: kisah cinta Antara dosen dan murid. Pada musim gugur 1924 mahasiswi muda Hannah Arendt bersama teman-temannya berangkat ke Marburg untuk mendengarkan kuliah filsafat pada dosen muda Martin Heidegger. Pada masa itu... Heidegger terkenal sebagai „pemberontak dan pembaharu“ dalam dunia filsafat. Bersama temannya Karl Jaspers, mereka ingin membaharui filsafat dan universitas-universitas mulai dari dasar. Dosen muda Heidegger jatuh cinta pada mahasiswa cantik dan intelegen Hannah Arendt. Hannah Arendt yang pada saat itu berusia 18 tahun pun terpikat pada pesona dosen muda yang terkenal itu. Keduanya memahami cinta mereka sebagai sebuah proyek filsafat eksistensi yang amat berharaga dan yang ingin mereka hidupi untuk menghadapi setiap perlawanan. Relasi cinta antara keduanya meyakinkan Heidegger, bahwa „dunia ini bukan lagi menjadi milikmu dan milikku, melainkan kepunyaan kita, bahwa segala apa yang kita lakukan dan usahakan, bukan milikku atau milikkmu, melainkan kepunyaan kita“. 

Sayang, keduanya akhirnya berpisah ketika Heidegger "mengasingkan" Arendt dari hidupnya dan kembali ke dunia profesinya. Masing-masing menjalani dan mengartikan proyek cinta mereka dalam galau rasa keterpisahan dan sakit. „Aku mencintaimu seperti pada hari pertama kita berjumpa, dan engkau tahu itu. Aku pun selalu tahu itu hingga kini akrhinya kita berjumpa lewat goresan ini. Jalan cinta yang engkau tunjukkan ternyata panjang dan begitu sulit dari yang aku pikirkan. Ia menuntut taruhan seumur hidup“, tulis Arendt pada April 1928, dua tahun setelah perpisahan, sebelum ia menikah dengan Filsuf Schüller Günther Stern (Günther Anders), murid Heidegger yang sebenarnya tidak ia cintai.

Kita merayakan hari Valentine di tengah suhu Politik Pemilukada yang kian panas. Hari raya kasih sayang itu dirayakan di tengah karut marut tatanan Politik, sosiologis masyarakat dan ekonomi: cinta uang yang mengalahkan cinta pada sesama yang lahir dalam berbagai praktik korupsi, perselingkuhan antara agama dan politik, libido saling menguasai, kemiskinan, ditambah lagi ciutan "mantan" yang mencoba meruntuhkan jalinan cinta yang sedang dirajut.

Perjuangan untuk mempertahankan kebhinekaan di tengah suramnya perpolitikan adalah proyek cinta kita yang terus berlanjut untuk menjaga keutuhan NKRI.
Awas, ada "Mantan" Yang lagi melirik cemburu, malah ada anak mantan lho...! hhehehehe. Yang penting, jangan galau oleh ulah mantan.

Bagi Yang hendak menentukan pilihan cintanya besok pada Pemilukada, semoga jangan Salah pilih. Ini soal masa depan Anda, masa depan anak-anak Anda.

Selamat Hari Valentin! Selamat merayakan cinta!


Vianey Lein
Sankt Augustin, Jerman 14.02.2017

No comments:

Post a Comment