DI GERBANG BIARA
Kutinggal jejak-jejak rindu
Di ubin tua dan lantai kayu
Ijinkan kaki menjengukmu lagi
Membaca separuh puisi
Di kerah jubah dan ensyklopedi
Kubawa debumu pada alas sepatu
Dan sandal jepit
Biar membatu di serat jiwa berbelit
Melangkah
lagi tak terbirit-birit
Hidup
ini mencari selalu
Sankt
Augustin, 01 November 2015
Terima
Kasih untuk lembaga formasi calon imam, yang adalah rumah bagi saya untuk
dibentuk dan membentuk diri, rumah untuk belajar memahami arti siang dan malam,
menerima masalalu-menyadari masa kini-menangkap mimpi masa depan:
Seminari San Dominggo Hokeng - Flores - NTT |
Seminari
San Dominggo Hokeng, lembah subur di kaki gunung Lewotobi. Empat tahun aku
menghirup udara dinginnya dan bersetebuh dengan harum kembang kopi, hingga “benih-benih”
5S-nya yang telah disemaikan dalam diriku bisa berkecambah-bertunas: Sanctitas (kesalehan), Scientia (kecerdasan
intelektual), Sanitas (kesehatan), Sapientia (kebijaksanaan), Solidaritas
(kesetiakawanan). Hokeng, terima
kasih untuk cintamu.
Novisiat SVD Sang Sabda Kuwu - Ruteng - Flores - NTT |
Novisiat
SVD Sang Sabda Kuwu – Ruteng dengan gema Areopagus-nya yang terus menantang aku
dalam pijar-pijar spiritualitasnya: „Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan
aku tidak mengetahuinya, alangkah dashyatnya tempat ini”. Kuwu, engkau memang
sungguh dasyat, tapi bukan karena aku tidak mengetahui, bahwa Tuhan ada disitu,
tetapi karena aku menjumpai Tuhan di sana.
Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero - Maumere - Flores, NTT |
Seminari
Tinggi St. Paulus Ledalero, Bukit Sandar Matahari, yang menggugat eksistensi
sebagai manusia untuk terus bertanya, karena itulah hakekat berfilsafat:
bertanya dan terus bertanya. Dan seorang filsuf tidak boleh pernah merasa puas
dengan setiap jawaban. Ledalero menjadi bukit pergulatan dan pergumulan dengan
gugusan-gugusan pemikiran filosofis mulai dari Filsuf Yunani Kuno Thales dan
Miletos hingga Frederich Nietzsche, Derida, Habermas, dan deretan nama besar
filsuf lainnya. Di atasnya terbentang horison
filosofis mahaluas. Cogito ergo sum,
aku berpikir maka aku ada. Ledalero, terima kasih karena aku boleh mencintai
kebijaksanaanmu (Filsafat: Phillia:
Cinta Sophia: kebijaksanaan). Tiga
setengah tahun lamanya kita menjalin cinta di bukit sandar matahari.
Missionspriesterseminar SVD Sankt Augustin - Jerman |
Missionspriesterseminar
SVD Sank Augustin - Jerman: lebih lama aku menghuni rumah ini, di tanah
kelahiran Sang Pendiri Tarekat SVD, Santo Arnoldus Janssen. Di rumah yang berpelindungkan
Santo Agustinus, sang uskup dan pujangga gereja, lima tahun lamanya aku terbakar
rindu akan Tuhan: “Unruhig ist unser
Herz, bis es ruht in Dir”, hatiku tidak tenang sebelum ia beristrahat dalam
Engkau, ya Tuhan. Kampung kecil Sankt Augustin menjadi “Stadt Gottes”, Kota Allah, tempat aku membakar rindu pada sumber
cahaya maha cahaya.
Untukmu
semua, terima kasih.
15 tahun dalam lembaga formasi ini
bukanlah rentang waktu yang singkat. Separuh puisi hidup kutulis pada
dinding-dinding indah rumah-rumah ini karena usiaku saat meninggalkan biara
adalah 30 tahun. Karena itu, ijinkan aku merindumu, terlebih ketika doa-doaku
terasa kian sepi. Meski cinta ini tak selesai, tapi biarlah rindu ini tetap
tertambat di gerbangmu.
Dari yang pernah jatuh cinta pada
kalian semua
Vianey Lein
No comments:
Post a Comment