Judul : Raran Tonu Wujo – Aspek-aspek Inti
sebuah Budaya Lokal di Flores Timur
Penulis :
Karl-Heinz Kohl
Penerjemah : Paul Sabon Nama
Dari Edisi Jerman :
Der Tod der Reisjungfrau – Mythen, Kulte und Allianzen in einer ostindonesischen Lokalkultur (Penerbit Kohlhammer: 1998)
Penerbit : Ledalero
Tahun Cetak :
2009
Tebal : 500 halaman

Buku ini
tidak hanya memaparkan kisah Dewi Padi, Tonu Wujo, dalam versi orang Lewolema,
tetapi juga mengupas sejarah „ditemukannya“ „Cabo de Flores“ - Nusa Bunga oleh
pedagang Portugis dalam jejak pencaharian rempah-rempah seiring penyebaran misi
katolik di pulau kecil yang kaya itu, berikut sejarah kolonialisme Belanda,
Jepang, hingga situasi Flores setelah kemerdekaan, khususnya setelah tahun 1965.
Dalam
teropong etnologis, Karl-Heinz menghadirkan sebuah urain ke hadapan para
pembaca tentang khazanah budaya Lamaholot, seperti mitos-mitos tentang asal
mula dunia, struktur sosial-mayarakat dan adat perkawinan, dan sistem agraria
atau pengolahan ladang, di mana figur Tonu Wuju mendapat sorotan istimewah.
Mitos
tentang asal mula dewi padI (dan sumber pangan lainnya) tersebar hampir di setiap
daerah dengan versinya masing-masing. Bahkan di Flores Timur sendiri pun terdapat
perbedaan „nama tokoh“ (Nogo Gunu Ema Hinga – Tonu Wujo) dalam kisah yang
dituturkan dari generasi ke generasi (Di Jawa dikenal: Dewi Sri, di daerah
Ende: Ine Pare). Demikian pula dalam mitologi Yunani juga dikisahkan „penokohan“
serupa, yakni Demeter (dewi Pertanian), sebagai dewi kesuburan, terlebih
pelindung ladang jagung: Menurut mitologi Yunani, kebun jagung pertama adalah
permulaan kehidupan, sebelum orang mengelan dan menanam anggur (Edyth Hamilton:
1942: 27).
Buku
ini dapat menjadi „teman“ dan „terang“ bagi pembaca dalam melacak jejak
peradaban manusia yang hidup berdampingan dengan alam. Lebih lanjut, kiranya
buku ini menjadi sentilan buat kita semua, secara khusus masyarakat adat
Lamaholot, untuk tetap merawat nilai-nilai budaya lokal serta berani „bertamasya“
ke masa lalu, membuat kajian reflektif-intelektual dari berbagai disiplin ilmu
(etnologi, antropologi, teologi, ekologi, sastra, dll.) tentang khazanah budaya
yang telah lama meresapi nadi kehidupan sosial dan relgius di Lewo Tana agar tetap
hidup dalam detak jantung kedirian kita sebagai „ata diken“ (manusia) di bumi lokal
Lamaholot, nasional dan mondial.
Vian
Lein
Gera,
11 Maret 2019
Terima kasih banyak untuk resensinya
ReplyDeleteKira-kira dimana bisa saya dapatkan buku ini?
Sekali lagi terima kasih banyak
Salve!
Kalau boleh tahu, di mana bisa saya dapatkan buku ini?
ReplyDeleteTerima kasih banyak
Salve!