Julia,
Ke Bologna aku datang lagi
Ingin menjemput gerhana di petang berarak pergi
Gerhana yang kau sembunyikan di jarak hati
Berkelana dalam kerak jiwa mengendap sepi
Di Bologna engkau menanti pasti
Menggendong waktu yang kau kandung sendiri
Di rahim rindumu paling agung
Meski musim kadang mendua arti
Julia,
kita tak pernah ingin berjalan saling memunggungi
menyeret ilusi yang meruang di kepala
mengakrabi harap yang mewaktu di detar nadi
masing-masing kita telah menjadi separuh rencana
tentang yang ‚sana‘
Mengalir kenang purnama:
Di sana kita selalu
JANJI BOLOGNA II
Bibirmu jatuh di rel Fermata*
Digilas kereta yang lalu tiada peduli
Kau kujadikan permata
Membias di cawan yang kuteguk dari doa-doa tuli
Melukis sudut-sudut bibir dengan ciuman
Antara puing-puing peradaban romawi
Dan jarak kita hanya detak jantung menuju abadi
Mengecap sekerat cinta dengan lidah gemetar
*Fermata: Italia:
Halte/Pemberhentian kereta atau bus.
JANJI BOLOGNA III
Julia,
Dari Bologna aku kembali pulang membawa enggan
Seakan hilang di jalan petak tubuh sendiri
Mencarimu di tikungan malam yang runtuh sepi
Merentang kenang antara yang sudah dan nanti
Di jalan itu
Masing-masing pergi dengan bermata hujan
Menelan jarak yang kian lebar ke lampau
Meneguk ruang-ruang sendiri bikin galau
Dan kau tetap tekun dalam semadi devosi cinta mengawan
„Engkau akan menjumpaiku setelah hujan kembali ke langit
biru“
Roma, 13.12.2017
VL
Roma, 13.12.2017
VL