PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

20 May 2013

PARADOKS HIDUP



Tiara,
Apakah kamu yakin, bahwa hidup manusia saat ini adalah sebuah paradoks? Dan mungkin planet bumi kita saat ini sudah dipadati dengan aneka paradoks yang kita bikin sendiri.
Kita mendirikan bangunan-bangunan megah pencakar langit, tapi rasa toleransi kita dengan yang lain begitu kerdil.
Kita membangun ribuan jalan tol yang panjang dan luas, tapi pandangan kita kian sempit untuk memandang atau menengok siapa dan apa yang ada di sekitar kita.
Kita menghabiskan begitu banyak, tapi yang kita miliki sebenarnya sedikit; selalu membeli „sesuatu apa yang baru“, namun tidak pernah puas dan gembira dengan apa yang sudah dimiliki.
Kita mempunyai rumah-rumah megah dan mewah, tapi miskin „kekeluargaan“; kita memiliki banyak tempat nyaman dan empuk untuk duduk bersenda gurau atau meletakan kepala, namun waktu yang kita miliki untuk itu amat sedikit.
Kita memiliki banyak tempat pendidikan dan pembinaan, tetapi tumpul dalam pemahaman dan pengetahuan; kita memiliki banyak tempat konseling, psikolog dan para ahli, semakin banyak problem yang kita temukan; banyak obatan dan pengobatan alternatif, tetapi angka kesehatan tetap menurun.
Kita begitu „semangat“ merokok dan terlalu banyak minum alkohol, tetapi kehilangan rasa tanggungjawab; sering terlambat tidur, dan bangun begitu lelah.
Kita membaca begitu sedikit, begitu lama di depan TV, tetapi sangat jarang berdoa. Kita mengumpulkan begitu banyak harta yang kita inginkan dan miliki, tetapi kita merudisir nilai-nilai yang ada di balik semuanya.
Kita berbica begitu banyak, tetapi enggan bertindak; mencintai begitu sering, tetapi selalu membenci.
Kita tahu, bagimana orang memenuhi kebetuhan hidupnya, tetapi tidak tahu bagaimana ia hidup.
Kita datang kepada Bulan, Bintang dan Matahari, tetapi tidak lagi pada pintu-pintu rumah tetangga kita. Kita menguasai dunia dengan kecanggihan IPTEK, tetapi kita melupakan “ruang” yang ada dalam diri  kita sendiri. Kita lebih ingin melakukan hal-hal yang besar untuk popularitas, tetapi bukan untuk sebuah nilai yang lebih baik “bonum commnune”.
Kita men-steril-kan udara di sekitar, tetapi serentak kita mencemari “jiwa” kita sendiri. Kita dapat memecahkan atom-atom, tetapi tidak sanggup menghancurkan pandangan negatif tentang orang lain.
Kita menulis begitu banyak, tetapi sebenarnya yang kita ketahui sangat minim; merencakanan begitu banyak, tetapi sangat sedikit yang dicapai. Kita belajar, agar segala sesuatu menjadi cepat dan instant, tetapi kita tak sabar menanti. Kita merakit   komputer-komputer yang mampu menyimpan dan meng-copy ribuan data dan informasi , tetapi kita kehilangan kontak dengan sesama.
Tiara,  inilah waktu kita, bukan?*** 
(Saduran dan Terjemahan Bebas dari Pemikiran George Carlin, Seorang Aktor Film dan Komedi Amerika Serikat)

No comments:

Post a Comment