PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

08 December 2019

HOMILI MINGGU I ADVENT


HOMILI MINGGU I ADVENT 
Yes 2:1-5 // Mzm 122: 1-9 // Roma 13:11-14a; Mat 24: 37-44

Kata bui yang dalam bahasa Indonesia berarti penjara, dalam bahasa Sikka berarti tunggu. Kita menggunakan kata Adventus dengan arti penantian. Tetapi Adventus itu kata Latin yang berarti kedatangan.

Umat Allah dalam Kristus. Di dalam Kitab Suci, khususnya yang disebut nabi Yesaya, umat tunggu Allah yang datang di Bait atau Rumah Allah di Yerusalem. Di dalam rumah-Nya itu Allah tunggu umat dari segala bangsa datang. Bangsa-bangsa itu pergi ke Yerusalem untuk tunggu Allah berikan torat yaitu pengajaran. Allah mengajar umat dengan Sabda-Nya. Umat tunggu bagaimana Allah tunjuk untuk hidup baik.
Umat juga tunggu Allah sebagai hakim yang mengadili umat. Allah akan tunjukkan salah dan benar. Terjadi bahwa umat saling buat susah, lakukan kekerasan, perang. Maka Allah ubah semua alat perang menjadi alat pertanian. Alat perang buat luka dan mati. Alat pertanian membawa hasil yang membuat hidup manusia senang seperti dialami petani-petani yang sedang siapkan kebun tunggu musim hujan.
Umat juga tunggu seperti disebut Pemazmur bahwa semua orang pergi ke Yerusalem. Umat tunggu sambil bersyukur kepada Tuhan. Umat juga terus berdoa dan tunggu sampai Allah beri damai dan kesentosaan yaitu hidup yang tidak saling ganggu antara manusia atau diganggu oleh sesuatu yang lain. Semua tunggu sebagai saudara dan sahabat yang mengharapkan kebahagiaan dari Allah yang akan dibagi di antara mereka.


Di dalam injil Matius, Yesus memberi dua contoh untuk tunggu secara baik. Bukan seperti orang-orang yang hidup bersama Nuh. Mereka tidak tunggu Allah tetapi hanya sibuk dengan urusan hidup di duia ini bahkan mungkin juga dalam dosa. Contoh kedua adalah: sebelum pembuangan, banyak orang Israel tidak tunggu Allah dalam hidup yang baik. Maka banyak yang dibawa untuk dibuang ke tanah air orang lain.

Dengan contoh itu Yesus meminta untuk berjaga. Untuk tunggu. Berjaga, tunggu di sini adalah berusaha supaya keadaan diri sungguh baik. Maka waktu musuh datang, ada yang dibawa pergi. Yaitu mereka yang tidak tunggu dengan baik. Seorang tuan rumah hanya tahu bahwa ada pencuri datang, tetapi tidak tahu kapan. Tuan rumah itu pasti menjaga miliknya supaya jangan dicuri. Tunggu itu sesuatu yang jelas karena yang datang itu pasti: pencuri atau Yesus. Tetapi sama sekali tidak jelas karena tidak tahu kapan.
Paulus menyebut kepada umat Roma bahwa tidur itu tunggu bangun lagi. Malam tunggu siang. Perbuatan kegelapan tunggu datangnya perbuatan terang. Perbuatan buruk tunggu datangnya perbuatan baik. Beberapa dosa disebut Paulus sebagai perbuatan kegelapan. Hanya merupakan sebagian kecil. Tetapi harus diganti karena tunggu datang perbuatan baik yang bisa juga disebut satu per satu. Kalau kenakan Tuhan Yesus maka Yesus menjadi senjata untuk melakukan perbuatan baik apa saja.

Umat Allah dalam Kristus. Kita mulai masa Adventus, masa penantian, waktu kita tunggu Yesus. Dulu bangsa Israel tunggu ribuan tahun. Kita menjalani masa penantian ini selama empat minggu. Allah meminta kita berkumpul sebagai Gereja. Kita datang dari tempat tinggal, tempat kerja kita masing-masing. Kita bertemu Tuhan. Tuhan mengajar kita torat yaitu segala yang baik yang membantu hidup kita. Allah wasit itu minta supaya kita hentikan segala yang mendatangkan perang. Kita mendapat Yesus sebagai perlengkapan senjata terang. Kita mendapat alat-alat untuk menghasilkan kebaikan seperti parang dan tombak sudah diubah menjadi pacul dan alat kerja kebun yang membawa hasil berlimpah.

Kita sebagai umat, saudara saudari hendaknya mengusahakan damai sejahtera untuk sesama kita. Musim kemarau berkepanjangan. Tentu ada yang susah. Perlu kita bantu. Mungkin ada keluarga atau kelompok yang tidak rukun. Kita bisa tunjukkan hidup yang rukun dan bantu merukunkan. Kita bisa seperti Nuh yang siapkan bahtera yaitu segala sesuatu yang membantu untuk kehidupan yang lebih baik. Kita tidak mengumpulkan titik-titik kejahatan yang menjadi banjir besar, air bah yang menghancurkan diri, keluarga, umat dan orang lain.

Kita juga tidak bisa membuang diri jauh dari Allah dan dari sesama, tetangga kita seperti disebut Yesus. Kita berjaga dan membantu supaya pencurian yang terjadi di mana-mana: di kampung, di kantor, di sekolah, di pasar, di kebun bisa berhenti. Dengan itu kita siap menyambut kedatangan Anak Manusia, manusia pertama yang meminta kita menunggu dengan memakai Dia, Yesus sendiri yang adalah perlengkapan senjata terang, alat untuk melakukan kebaikan.

Yesus memberi kita Santapan Sabda Allah dan Santapan Tubuh-Darah Yesus sendiri . Kita mendapat perlengkapan senjata terang. Kita kembali dan hidup di dalam keluarga dan masyarakat. Kita juga membantu saudara-saudari kita yang tidak berkumpul bersama kita, mereka yang tinggal dalam kegelapan, mereka yang tidak tunggu karena terus melakukan kejahatan seperti terjadi pada orang-orang jaman Nuh dan sebelum pembuangan. Kita mungkin alami situasi seperti dalam umat di Roma seperti disebut Paulus.

Kita mulai masa Adventus, masa penantian kedatangan Yesus yang kita rayakan waktu Natal sambil menantikan kedatangan Yesus pada parusia yaitu pada akhir jaman dalam semangat Santapan Sabda yang kita terima hari ini yang diteguhkan Yesus dalam Santapan Tubuh-Darah Yesus sendiri.


P. Simeon Bera Muda, SVD

SEMINARI TINGGI SANTU PAULUS LEDALERO-PPKKS (PUSAT PELAYANAN KERASULAN KITAB SUCI ) PROVINSI SVD ENDE

Bild: © https://www.u-t.de/ 

No comments:

Post a Comment