PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

28 March 2019

MERAWAT NUBA DARI PINGGIR (Sebuah „Laudatio“ untuk Para Pembersih Sampah di TPAS Nuba)


MERAWAT NUBA DARI PINGGIR
(Sebuah „Laudatio“ untuk Para Pembersih Sampah di TPAS Nuba)

Gretta Thunberg - Aktivis Cilik Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim -©Kleine Zeitung



Belum lama ini publik internasional, secara khusus lembaga jaringan kerja United Nation untuk perubahan iklim dihebohkan oleh berita tampilnya Greta Thunberg, seorang aktivis muda lingkungan hidup dan perubahan iklim. Greta yang baru berusia 16 tahun itu sering tampil bersama teman-teman sekelasnya serta para simpatisan lainnya pada program „Jumatan“ kampanye lingkungan hidup dan perubahan iklim. Tidak heran, gadis kecil asal Swedia ini pernah tampil di atas panggung UN dalam sebuah konferensi perubahan iklim. Dari balik mimbar Greta kecil lantang membawakan orasi di hadapan para tokoh politik internasional yang hadir dalam konferensi dunia tentang perubahan iklim di Kattowitz, Polandia, Desember 2018 silam.

Kemunculan dan gerak peruabahan aktivis muda ini tidak hanya mendapat dukungan atau sambutan positif dari banyak orang, tetapi juga menuai kritik yang tidak sedikit. Ada yang mengangkat „jempol“  melayangkan pujian dan menggangguk kagum, tapi juga ada sinisme dan suara pesimisime yang dialamatkan kepada Si Greta kecil, bahwa ia ditunggangi oleh kepentingan politik yang berada di baliknya, bahwa kampanye yang digalakannya hanyalah sebuah utopi, bahkan sampai pada mencurigai, bahwa gadis kecil itu mendereta kelainan psikis. Namun, semuanya itu tak mampu menghalangi langkah juang atau pun melumpuhkan taring keberaniannya untuk terus bersuara dan beraksi.“Anda hanya berbicara tentang pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut, karena Anda takut kehilangan popularitas. Bagi saya, apa yang saya lakukan bukanlah untuk mengejar popularitas. Yang terpenting bagiku adalah keadilan dalam seluruh diskursus tentang perubahan iklim serta nilai-nilai kehidupan dari plante-planet. Peradaban kita hanya dikorbankan untuk kepentingan segelintir orang yang hanya ingin memiliki lebih banyak uang. Itulah deretan penderitaan banyak orang untuk membayar glamour kehidupan segelintir orang“, demikian Gretta dalam pidatonya.

TPAS sebelum dibersihkan ©VoxNTT
Beberapa hari lalu Ison Kean memposting beberapa foto Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) milik pemerintah Kabupaten Flores Timur yang berlokasi di pinggiran pantai Nuba, Desa Mokantarak. Foto-foto itu menghadirkan suatu realitas yang lain dari yang sudah-sudah, sebagaimana yang saya baca di media atau melihatnya secara langsung saat liburan bulan Oktober tahun silam. Terus terang, bagi saya foto-foto itu memberi kesan kelegahan tersendiri karena ia mewartakan NUBA yang bersih dan asri seperti sediakala saat masih kecil. Oleh karena itu, saya pribadi dan tentu kita semua perlu merasa berterima kasih dan bangga atas inisiatif dan semangat gotong royong yang telah diwujudnyatakan dan membuahkan hasil ini. Aksi ini sesungguhnya merupakan sebuah interupsi bagi para pebisnis dan politisi yang kurang melihat lingkungan sebagai tema yang simpatik bagi publik. Dari pinggiran jalan mereka telah merawat NUBA. Dari pinggir kehidupan yang mungkin luput dari perhatian pemerintah, mereka rela dan bersedia datang ke NUBA, yang adalah juga pinggiran kota.

Pinggiran Pantai Nuba-Kini ©Ison Kean
Semoga aksi dari pinggiran ini dapat merambat sampai ke jantung kota, mampu membuka mata dan hati semua kita untuk mencintai lingkungan dan memberi perhatian serius baginya. Dengannya, mereka hendak mengetuk pintu hati Ribu Raut Lewo Tana untuk tetap merawat dan menjaga lingkungan alam. Jiwa yang „sadar lingkungan“ ini mesti ditenun sejak dini, baik di keluarga maupun di sekolah dan masyarakat.

Kita berharap, kiranya ke depan NUBA menjadi salah satu tempat wisata buat warga Desa Mokantarak dan tentu bagi seluruh masyarakat Flores Timur. Dan di atas segala harap, kita semua bersatu hati dan bergandeng tangan untuk MELAWAN segala aksi pencemaran lingkungan dan pengrusakan alam, tanpa mesti dibayar sepeser pun, tanpa peduli sinisme maupun pesimisme tentang utopi.


NUBA kini telah berubah
Pengap asap dan bau tengik sampah
jangan lagi jadi musibah
Ke sana jangan kau tumpuk wabah
Biarlah ini jadi amanah
Agar hidup bawa barokah

Salam ke Nuba
Vian Lein, Jerman 28.03.2019.

No comments:

Post a Comment