PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

18 July 2017

INA WAE

INA WAE

Jongkokmu di tepian tiga tungku, masih setia menunggu 
Tegakmu di bibir lesung dan tumbuk alu, tegar menghujam sepi bertalu
Matamu yang telanjang memungut segala yang sampah di anyam nyiru
Dan kau tanak larik-larik doa dalam bejana tanah liat yang rapuh 

Ina Wae,
kucium bau asap tungku yang purba
kudengar koda-mu yang melengking di datar Nuba
mencakar-cakar nafasku yang fana 
mengeja mei-woran di jauh Sina-Jawa 
Kepada Lera Wulan yang empunya Sabda

Ina Wae,
Ke rahimmu aku ingin pulang, di bawah tudung kewatek 
dengan motif tenun  yang lebih puisi 
Menyimpan rahasia-rahasia mitis-asali
Seperti rindu kita yang berlapis-lapis - tak cukup dianggar belis

Ina Wae, 
ke kampung jiwa ini kembali
ya ke kampung yang sudah tiada halamannya untuk anak-cucu
hanya gelisah yang terpahat di bibir lupa yang membisu
sembari mencari sisa-sisa nasib di halaman-halaman sajak penuh debu

VL 170717

*Ina Wae            : Dalam bahasa Lamaholot-Flores berarti perempuan/wanita. Bisa juga nama nawa wanita Lamaholot seperti nama Almahrum nenek saya. 
*Koda                  : kata, sabda.
*Nuba                  : batu ceper –datar sebagai „altar kurban“-tempat menyembelih hewan kurban dalam ritual adat budaya Lamaholot (Nuba Nara).
*Mei-Woran     : mei=darah, woran=lemak; artinya: darah daging
*Sina-Jawa         : Sitz im Leben dari ungkapan ini berasal dari perjumpaan masyarakat asli Flores Timur dengan para pendatang dari Cina dan Jawa dalam sebuah hubungan dagang (diperkirakan, perjumpaan ini mencapai intensitasnya di zaman Majapahit, 1298-1478). Majapahit,yang saat ini di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan perdana menterinya Mahapatih Gajah Madah (bukan Gaj Amadha,…..heheheeheh) menjadi pusat perdagangan seluruh Asia Tenggara. Dari dan dalam konteks ini, lahirlah perjumpaan antara masyarakat asli Flores Timur dengan para pendatang (Sina-Jawa). 
Dalam kenyataan, ungkapan Sina-Jawa adalah sebuah term yang digunakan oleh masyarakat Flores Timur untuk menggambarkan eksistensi „yang asing“ pada umumnya. Karena dalam tatanan sejarah, kontak paling intensif yang terjadi antara masyarakat Flores Timur dengan kelompok-kelompok pendatang adalah kontak dengan para pedagan dari Cina dan Jawa, maka bagi mereka, semua „yang asing“ dikategorikan dalam term „Sina-Jawa“.  Sampai sekarang , term „Sina-Jawa“ ini sudah menjadi ungkapan baku untuk menggambarkan tempat-tempat asing, tempat-tempat perantauan, ataupun tempat-tempat menuntut ilmu (Agan: 2006, 308). 
*Lera Wulan      : Nama wujud tertinggi dalam agama asli budaya Lamaholot. Lera=Matahari, Wula=Matahari. 
*Kewatek           : kain sarung yang ditenun sendiri dengan tangan, langsung dari bahan-bahan alamiah (kapas dan juga pewarna); tanpa pabrik. 
*Belis                   : Mahar kawin dalam adat budaya Lamaholot (biasanya gading dengan variasi  ukuran berdasarkan status seorang gadis). 

Gambar: perempuan Lamaholot dalam proses menenun. @Copyright: Weeklyline.net.

No comments:

Post a Comment