PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

26 April 2016

IBADAT ARWAH 40 HARI Almahrum Simon Tobi Kemaun

IBADAT ARWAH 40 HARI
Almahrum Simon Tobi Kemaun

Ø  Salam

P: Ikatan tali kasih, persaudaraan, kekeluargaan dan juga syukur merupakan bagian dari ibadat kita malam ini, mengenang 40 hari kematian Sdra/Kaka/Opu/Kaka Simon Tobi Kemaun. Kita berkumpul sebagai satu keluarga di tempat perantauan untuk mendoakan keselamatan jiwa Saudara kita Simon Tobi Kemaun.
Marilah kita memulai doa kita dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus (+)
U: Amin ….
P: Semoga Rahmat Kasih Tuhan dan Sukacita Damai Kebangkitan beserta kita sekalian ..
U: Sekarang dan selama-lamanya.

Ø  Lagu

Ø  Kyrie
·         Tuhan Yesus Kristus, peristiwa kematian Saudara kami Simon Tobi Kemaun merupakan pukulan hebat buat kami keluarga dan membawa kami dalam ratap duka. Tuhan Kasihanilah kami …..
U: Tuhan Kasihanilah kami .
·         Engkau memandang duka dan kesedihan kami. Engkau dekat dalam setiap tangis kami. Kristus Kasihanilah kami…
U: Kristus kasihanilah kami
·         Dalam kematian dan kebangkitan-Mu, Engkau membuka pintu pengharapan bagi kami. Tuhan Kasihanilah Kami …
U: Tuhan Kasihanilah Kami ..
Semoga Allah yang maha kuasa mengashinai kita, mengampuni dosa kita, dan menghantar kita ke hidup yang kekal …
U: Amin.

Ø Doa Pembuka:

Marilah berdoa,
Tuhan yang berbelas kasih dan Bapa Maha Penghibur,
Dalam cintaMu yang senantiasa memancar, semua kami bersatu. Pandanglah keluarga dan semua kami yang berduka atas kepergian Saudara kami, Simon Tobi Kemaun. Dalam peristiwa kematian dan kebangkitan, PuteraMu telah mengalahkan kuasa kematian dan menciptakan hidup baru yang kekal. Bantulah kami untuk tetap kuat dalam iman akan misteri Paskah dan terimalah Saudara kami Simon Tobi Kemaun dalam kebahagiaan surga abadi.
Doa ini kami sampaikan kepadaMu dengan Perantaraan Kristus Tuhan kami …
U: Amin.

Ø Bacaan:
Bacaan I: Mazmur 23
Lagu Antar Bacaan

Ø  Bacaan Injil: Lukas, 24, 13 – 35.

Ø  Renungan:

Ø  Doa Umat:
1.       Untuk Saudara/Opu/Kaka Simon Tobi Kemaun,
Semoga oleh karena kasih dan kerahiman ilahi Tuhan, Untuk Saudara/Opu/Kaka Simon Tobi Kemaun, diterima dalam kebahagiaan abadi di surga. Kami mohon…
2.       Untuk Keluarga yang ditinggalkan,
Semoga keluarga yang ditinggalkan, secara khusus istri dan keempat anaknya diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi peristiwa duka ini; dan semoga mereka diberkati dalam perjuangan hidup mereka selanjutnya. Kami mohon…
3.       Untuk sanak keluarga kita yang menderita sakit,
Tuhan, jamahlah saudari/a kami yang menderita sakit, baik yang berbaring di rumah sakit maupun di rumah mereka masing-masing. Semoga mereka Kau beri harapan dan kekuatan untuk sembuh dari segala penyakit mereka. Kami mohon…

4.       Untuk kita yang ada di perantauan
Semoga kita semua tetap bersatu dalam ikatan kasih persaudaraan sebagai satu keluarga di tanah perantauan untuk sama-sama berjuang dalam ekonomi dan iman. Kami mohon…
P: Tuhan, itulah doa-doa permohonan yang kami panjatkan ke hadiratMU. Sudilah Engkau mendengar dan mengabulkannya. Demi Kristus Tuhan kami ….
U: Amin

Ø Bapa Kami
P: Marilah kita satukan doa dan permohonan kita, dengan doa yang diajarkan Yesus kepada kita.
Bapa Kami ….

Ø  Doa Penutup:
Allah Bapa kami, Engkau adalah Tuhan atas hidup dan mati kami. Kami mohon, terimalah arwah Saudara kami Simon Tobi Kemaun dalam kebahgiaan abadi di Surga dan limpahkanlah dia lewat ibadat dan doa-doa kami damai dan kegembiraan akan kebangkitan. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami …
U: Amin

Ø  Lagu Penutup


RENUNGAN
Injil: Lukas, 24, 13 – 35.

Ibu, Bapa, Saudari, saudara sekali sekalian yang terkasih dalam Kristus Yang Bangkit ….
Semua kita hadir dan berkumpul di sini karena ada seseorang yang berharga di mata kita, yakni Almahrum saudara kita, Simon Tobi Kemaun. Ini merupakan satu hal yang patut kita syukuri dan banggakan, bahwa meski di tanah perantauan, jauh dari tempat kelahiran dan sanak keluarga, kita masih bersatu hati dan berkumpul sebagai satu keluarga besar Lamaholot. Sebagai orang perantauan yang jauh dari Lewo Tanah, kebersamaan sebagai satu saudara dan keluarga merupakan sesuatu yang sangat berharga buat kita, apalagi ketika kita berada di negri orang. Dalam semangat kekeluargaan dan terang iman akan Kristus, kita telah menghalau segala batas-batas egoisme, suku atau pun kelompok; dan semua kita bersatu di bawah naungan Lera Wulan Tana Ekan.
Kota dan negara besar seperti Malaysia bisa menjadi tempat ziarah atau perjalanan panjang kita untuk menjumpai banyak orang dalam suatu ikatan persahabatan dan kekeluargaan, baik yang dari Mokantarak maupun dari kampung-kampung lain. Ini merupakan suatu tanda cinta, yang memberikan kita kebebasan untuk berjumpa dan berkenalan dengan siapa saja, orang-orang baru, dan mengakui mereka sebagai sahabat dan keluarga.
Ibu, Bapa, Saudari, saudara sekali sekalian, keluarga Almahrum yang terkasih,
Empat puluh hari sudah, Saudara, Opu kita, Simon Tobi Kemaun, pergi dari tengah-tengah kita. Meski kita jauh dari peti mati dan makam batu, meski telinga kita tak mendengar ratap tangis dan nyanyian duka, meski tangan dan mulut kita tak sempat mengucap salam pisah buat Almahrum untuk selamanya, namun kita toh merasakan gema duka; kita toh turut  tenggelam dalam gelora duka yang dialami keluarga, khususnya Oa Leni, Okto, Karin, Osin, dan Basten. Semua itu karena rasa kekeluargaan yang terus kita bawa, kemana pun kita pergi jauh , dan di mana pun kita tinggal dan bekerja.
Ibu, Bapa, Saudari, saudara sekali sekalian, keluarga Almahrum yang terkasih,
Kisah perjalanan dua murid Emaus yang barusan kita dengar dalam Injil tentu merupakan suatu teks yang tidak asing lagi bagi kita. Cerita dua mirid Emaus ini pertama-tama merupakan sebuah „kisah perjalanan“, atau lebih tepatnya, „kisah perjalanan bersama“. Penginjil Lukas mengisahkan, bahwa kedua murid menjumpai Yesus dalam perjalanan mereka dari Yerusalem ke Emaus. Dan seperti kedua murid ini, begitu pula kita, adalah orang-orang yang sedang dan selalu dalam perjalanan: perjalanan dari Mokantarak ke Malaysia, dari rumah tinggal ke tempat kerja, dari rumah kita masing-masing ke tempat doa ini. Begitu pun halnya dengan Almahrum Simon Tobi Kemaun. Semua kita adalah peziarah, orang yang selalu dalam perjalanan, orang yang selalu „pana laran“. Dan ziarah atau perjalanan hidup kita tentu memiliki perhentian-perhentian atau halte.
Ziarah hidup Almahrum Simon Tobi Kemaun juga memiliki perhentian-perhentian penting dalam hidupnya. Perhentian pertama adalah “sebagai anak” dalam keluarga. Di sini, dalam keluarga, Almahrum tinggal dan hidup bersama Ibu Peni Kelen dan Bapa Mentia Kemaun, yang sudah lebih dahulu kembali ke Rumah Bapa, serta bersama saudara dan saudari. Dalam keluaga inilah Almahrum belajar mengenal kasih dan tumbuh sebagai seorang Kristen.
Perhentian selanjutnya adalah „menjadi seorang ayah“. Dalam ikatan nikah suci di altar Tuhan, Almahrum mengambil tanggung jawab baru menjadi seorang suami buat Oa Leni, dan menjadi seorang ayah buat keempat anaknya. Bersama sang istri dan anak, Almahrum membangun suatu keluarga baru yang sederhana, sambil tetap beriman pada Tuhan. Dalam keluarga kecil dan sederhana ini, Almahrum berjuang membanting tulang untuk menghidupi istri dan anak-anak: mulai dari kerja di ladang, „belo kayo“ dan „bela wato“ untuk dijual. Tentu ini bukannlah suatu perjuangan hidup yang mudah. Ini merupakan suatu tahap atau perhentian hidup yang penuh lelah. Sesulit apapun tantangan, seberat apapun beban dalam bekerja, Almahrum tetap berjuang, karena dia ingin agar anak-anaknya sekolah dan berhasil. Tantangan dan kesulitan dalam bekerja mencari nafkah, tidak mengharuskan Almahrum menelantarkan anak-anaknya, karena ia tahu, itu merupakan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.
Namun, tubuh manusia bukannlah robot, raga manusia bukanlah mesin yang bisa dipaksakan untuk terus bekerja 1x24 jam. Almahrum akhirnya jatuh sakit. Rumah Sakit menjadi perhentian hidup almahrum selanjutnya. Di atas ranjang Rumah Sakit Umum Daerah Larantuka, Almahrum bergulat dan bergelut dengan sakit yang dideritanya. Seperti jiwa dan semangat kerja yang kental dan tekun, Almahrum berjuang untuk berani bangkit melanjutkan tanggung jawabnya sebagai ayah. Ia sadar, bahwa tugasnya untuk istri dan keempat anaknya belum tuntas. Namun Tuhan terlalu cepat memanggilnya. Pada perhentian ini, Almahrum pasrahkan seluruh hidup, sakit dan derita serta tanggung jawabnya ke dalam tangan Penyelenggaraan Ilahi, dan Almahrum percaya, bahwa Tuhan akan menyempurnakan apa yang telah Almaruh mulai.
Ibu, Bapa, Saudari, saudara sekali sekalian, keluarga Almahrum yang terkasih,
Dalam setiap perhentian hidupnya di dunia ini, Almahrum percaya dan mengalami, bahwa Tuhan senantiasa menyertai seluruh perjalanan hidupnya, sebagaimana kisah perjalanan dua murid ke Emaus. Kehadiran dan penyertaan Tuhan itu juga nyata dalam diri istri, anak-anak, sanak keluaga dan sahabat kenalan.

Kisah Emaus tidak hanya merupakan sebuah cerita perjalanan bersama Yesus, melainkan juga sebuah kisah pengharapan. Bila kita melihat perikop Injil ini, penginjil Lukas menempatkan kisah ini pada akhir injilnya. Penderitaan Yesus mulai dari Taman Getzemani hingga kematianNya di bukin Golgota sudah berlalu dikisahkan dalam periko-perikop sebelumnya. Dan hari, dimana kedua murid Emaus berjumpa dengan Yesus adalah hari kebangkitan Yesus: HARI PASKAH. Dan peristiwa kebangkitan Yesus inilah memberi kita HARAPAN, bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan hidup baru akan terus berlanjut. Dalam iman akan Yesus yang bangkit, kita percaya, bahwa Tuhan akan membangkitkan saudara kita Simon Tobi Kemaun dalam hidup baru yang kekal, tanpa ada penderitaan dan sakit. Dalam kebangkitanNya, Tuhan mengubah segala sakit dan derita Almahrum menjadi pernik-pernik kebahagiaan surgawi. Untuknya, mari kita berdoa dalam iman penuh harap. Kita juga berdoa untuk perjalanan hidup kita selanjutnya, dalam melewati setiap perhentian hidup kita, kiranya Tuhan senantiasa tetap berajalan bersama kita, asalkan kita percaya dan membuka mata untuk melihatnya. A m i n …