IBADAT ARWAH 40 HARI
Almahrum Simon Tobi Kemaun
Ø
Salam
P: Ikatan tali kasih, persaudaraan, kekeluargaan dan juga syukur
merupakan bagian dari ibadat kita malam ini, mengenang 40 hari kematian
Sdra/Kaka/Opu/Kaka Simon Tobi Kemaun. Kita berkumpul sebagai satu keluarga di
tempat perantauan untuk mendoakan keselamatan jiwa Saudara kita Simon Tobi
Kemaun.
Marilah kita memulai doa kita dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus
(+)
U: Amin ….
P: Semoga Rahmat Kasih Tuhan dan Sukacita Damai Kebangkitan beserta kita
sekalian ..
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Ø
Lagu
Ø
Kyrie
·
Tuhan Yesus Kristus, peristiwa kematian Saudara
kami Simon Tobi Kemaun merupakan pukulan hebat buat kami keluarga dan membawa
kami dalam ratap duka. Tuhan Kasihanilah kami …..
U: Tuhan Kasihanilah kami .
·
Engkau memandang duka dan kesedihan kami. Engkau
dekat dalam setiap tangis kami. Kristus Kasihanilah kami…
U: Kristus kasihanilah kami
·
Dalam kematian dan kebangkitan-Mu, Engkau
membuka pintu pengharapan bagi kami. Tuhan Kasihanilah Kami …
U: Tuhan Kasihanilah Kami ..
Semoga Allah yang maha kuasa mengashinai kita, mengampuni dosa kita, dan
menghantar kita ke hidup yang kekal …
U: Amin.
Ø
Doa
Pembuka:
Marilah berdoa,
Tuhan yang berbelas kasih dan Bapa Maha Penghibur,
Dalam cintaMu yang
senantiasa memancar, semua kami bersatu. Pandanglah keluarga dan semua kami
yang berduka atas kepergian Saudara kami, Simon Tobi Kemaun. Dalam peristiwa
kematian dan kebangkitan, PuteraMu telah mengalahkan kuasa kematian dan
menciptakan hidup baru yang kekal. Bantulah kami untuk tetap kuat dalam iman
akan misteri Paskah dan terimalah Saudara kami Simon Tobi Kemaun dalam
kebahagiaan surga abadi.
Doa ini kami sampaikan kepadaMu dengan Perantaraan Kristus Tuhan kami …
U: Amin.
Ø
Bacaan:
Bacaan I: Mazmur 23
Lagu Antar Bacaan
Ø
Bacaan
Injil: Lukas, 24, 13 – 35.
Ø
Renungan:
Ø
Doa Umat:
1. Untuk Saudara/Opu/Kaka Simon Tobi Kemaun,
Semoga oleh karena kasih
dan kerahiman ilahi Tuhan, Untuk Saudara/Opu/Kaka Simon Tobi Kemaun, diterima
dalam kebahagiaan abadi di surga. Kami mohon…
2. Untuk Keluarga yang ditinggalkan,
Semoga keluarga yang
ditinggalkan, secara khusus istri dan keempat anaknya diberi kekuatan dan
ketabahan dalam menghadapi peristiwa duka ini; dan semoga mereka diberkati
dalam perjuangan hidup mereka selanjutnya. Kami mohon…
3. Untuk sanak keluarga kita yang menderita sakit,
Tuhan, jamahlah
saudari/a kami yang menderita sakit, baik yang berbaring di rumah sakit maupun
di rumah mereka masing-masing. Semoga mereka Kau beri harapan dan
kekuatan untuk sembuh dari segala penyakit mereka. Kami mohon…
4.
Untuk kita yang ada di perantauan
Semoga kita semua tetap bersatu dalam ikatan kasih persaudaraan sebagai
satu keluarga di tanah perantauan untuk sama-sama berjuang dalam ekonomi dan
iman. Kami mohon…
P: Tuhan, itulah doa-doa permohonan yang kami panjatkan ke hadiratMU.
Sudilah Engkau mendengar dan mengabulkannya. Demi Kristus Tuhan kami ….
U: Amin
Ø
Bapa Kami
P: Marilah kita satukan
doa dan permohonan kita, dengan doa yang diajarkan Yesus kepada kita.
Bapa Kami ….
Ø
Doa
Penutup:
Allah Bapa kami, Engkau adalah Tuhan atas hidup dan mati kami. Kami
mohon, terimalah arwah Saudara kami Simon Tobi Kemaun dalam kebahgiaan abadi di
Surga dan limpahkanlah dia lewat ibadat dan doa-doa kami damai dan kegembiraan
akan kebangkitan. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami …
U: Amin
Ø
Lagu
Penutup
RENUNGAN
Injil: Lukas, 24, 13 – 35.
Ibu, Bapa,
Saudari, saudara sekali sekalian yang terkasih dalam Kristus Yang Bangkit ….
Semua kita hadir
dan berkumpul di sini karena ada seseorang yang berharga di mata kita, yakni
Almahrum saudara kita, Simon Tobi Kemaun. Ini merupakan satu hal yang patut
kita syukuri dan banggakan, bahwa meski di tanah perantauan, jauh dari tempat
kelahiran dan sanak keluarga, kita masih bersatu hati dan berkumpul sebagai
satu keluarga besar Lamaholot. Sebagai orang perantauan yang jauh dari Lewo
Tanah, kebersamaan sebagai satu saudara dan keluarga merupakan sesuatu yang
sangat berharga buat kita, apalagi ketika kita berada di negri orang. Dalam
semangat kekeluargaan dan terang iman akan Kristus, kita telah menghalau segala
batas-batas egoisme, suku atau pun kelompok; dan semua kita bersatu di bawah
naungan Lera Wulan Tana Ekan.
Kota dan negara
besar seperti Malaysia bisa menjadi tempat ziarah atau perjalanan panjang kita
untuk menjumpai banyak orang dalam suatu ikatan persahabatan dan kekeluargaan,
baik yang dari Mokantarak maupun dari kampung-kampung lain. Ini merupakan suatu
tanda cinta, yang memberikan kita kebebasan untuk berjumpa dan berkenalan
dengan siapa saja, orang-orang baru, dan mengakui mereka sebagai sahabat dan
keluarga.
Ibu, Bapa,
Saudari, saudara sekali sekalian, keluarga Almahrum yang terkasih,
Empat puluh hari
sudah, Saudara, Opu kita, Simon Tobi Kemaun, pergi dari tengah-tengah kita. Meski
kita jauh dari peti mati dan makam batu, meski telinga kita tak mendengar ratap
tangis dan nyanyian duka, meski tangan dan mulut kita tak sempat mengucap salam
pisah buat Almahrum untuk selamanya, namun kita toh merasakan gema duka; kita
toh turut tenggelam dalam gelora duka
yang dialami keluarga, khususnya Oa Leni, Okto, Karin, Osin, dan Basten. Semua
itu karena rasa kekeluargaan yang terus kita bawa, kemana pun kita pergi jauh ,
dan di mana pun kita tinggal dan bekerja.
Ibu, Bapa,
Saudari, saudara sekali sekalian, keluarga Almahrum yang terkasih,
Kisah perjalanan
dua murid Emaus yang barusan kita dengar dalam Injil tentu merupakan suatu teks
yang tidak asing lagi bagi kita. Cerita dua mirid Emaus ini pertama-tama
merupakan sebuah „kisah perjalanan“, atau lebih tepatnya, „kisah perjalanan
bersama“. Penginjil Lukas mengisahkan, bahwa kedua murid menjumpai Yesus dalam
perjalanan mereka dari Yerusalem ke Emaus. Dan seperti kedua murid ini, begitu
pula kita, adalah orang-orang yang sedang dan selalu dalam perjalanan:
perjalanan dari Mokantarak ke Malaysia, dari rumah tinggal ke tempat kerja,
dari rumah kita masing-masing ke tempat doa ini. Begitu pun halnya dengan
Almahrum Simon Tobi Kemaun. Semua kita adalah peziarah, orang yang selalu dalam
perjalanan, orang yang selalu „pana laran“. Dan ziarah atau perjalanan hidup kita tentu memiliki
perhentian-perhentian atau halte.
Ziarah hidup Almahrum Simon Tobi
Kemaun juga memiliki perhentian-perhentian penting dalam hidupnya. Perhentian
pertama adalah “sebagai anak” dalam keluarga. Di sini, dalam keluarga, Almahrum
tinggal dan hidup bersama Ibu Peni Kelen dan Bapa Mentia Kemaun, yang sudah
lebih dahulu kembali ke Rumah Bapa, serta bersama saudara dan saudari. Dalam
keluaga inilah Almahrum belajar mengenal kasih dan tumbuh sebagai seorang
Kristen.
Perhentian selanjutnya
adalah „menjadi seorang ayah“. Dalam ikatan nikah suci di altar Tuhan, Almahrum
mengambil tanggung jawab baru menjadi seorang suami buat Oa Leni, dan menjadi
seorang ayah buat keempat anaknya. Bersama sang istri dan anak, Almahrum membangun
suatu keluarga baru yang sederhana, sambil tetap beriman pada Tuhan. Dalam
keluarga kecil dan sederhana ini, Almahrum berjuang membanting tulang untuk
menghidupi istri dan anak-anak: mulai dari kerja di ladang, „belo kayo“ dan
„bela wato“ untuk dijual. Tentu ini bukannlah suatu perjuangan hidup yang
mudah. Ini merupakan suatu
tahap atau perhentian hidup yang penuh lelah. Sesulit apapun tantangan, seberat
apapun beban dalam bekerja, Almahrum tetap berjuang, karena dia ingin agar
anak-anaknya sekolah dan berhasil. Tantangan dan kesulitan dalam bekerja
mencari nafkah, tidak mengharuskan Almahrum menelantarkan anak-anaknya, karena
ia tahu, itu merupakan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.
Namun, tubuh manusia bukannlah robot,
raga manusia bukanlah mesin yang bisa dipaksakan untuk terus bekerja 1x24 jam. Almahrum
akhirnya jatuh sakit. Rumah Sakit menjadi perhentian hidup almahrum
selanjutnya. Di atas ranjang Rumah Sakit Umum Daerah Larantuka, Almahrum
bergulat dan bergelut dengan sakit yang dideritanya. Seperti jiwa dan semangat
kerja yang kental dan tekun, Almahrum berjuang untuk berani bangkit melanjutkan
tanggung jawabnya sebagai ayah. Ia sadar, bahwa tugasnya untuk istri dan
keempat anaknya belum tuntas. Namun Tuhan terlalu cepat memanggilnya. Pada perhentian
ini, Almahrum pasrahkan seluruh hidup, sakit dan derita serta tanggung jawabnya
ke dalam tangan Penyelenggaraan Ilahi, dan Almahrum percaya, bahwa Tuhan akan
menyempurnakan apa yang telah Almaruh mulai.
Ibu, Bapa,
Saudari, saudara sekali sekalian, keluarga Almahrum yang terkasih,
Dalam setiap
perhentian hidupnya di dunia ini, Almahrum percaya dan mengalami, bahwa Tuhan
senantiasa menyertai seluruh perjalanan hidupnya, sebagaimana kisah perjalanan
dua murid ke Emaus. Kehadiran dan penyertaan Tuhan itu juga nyata dalam diri
istri, anak-anak, sanak keluaga dan sahabat kenalan.
Kisah Emaus
tidak hanya merupakan sebuah cerita perjalanan bersama Yesus, melainkan juga
sebuah kisah pengharapan. Bila kita melihat perikop Injil ini, penginjil Lukas
menempatkan kisah ini pada akhir injilnya. Penderitaan Yesus mulai dari Taman
Getzemani hingga kematianNya di bukin Golgota sudah berlalu dikisahkan dalam
periko-perikop sebelumnya. Dan
hari, dimana kedua murid Emaus berjumpa dengan Yesus adalah hari kebangkitan Yesus:
HARI PASKAH. Dan peristiwa kebangkitan Yesus inilah memberi kita HARAPAN, bahwa
kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan hidup baru akan terus
berlanjut. Dalam iman akan Yesus yang bangkit, kita percaya, bahwa Tuhan akan
membangkitkan saudara kita Simon Tobi Kemaun dalam hidup baru yang kekal, tanpa
ada penderitaan dan sakit. Dalam kebangkitanNya, Tuhan mengubah segala sakit
dan derita Almahrum menjadi pernik-pernik kebahagiaan surgawi. Untuknya, mari
kita berdoa dalam iman penuh harap. Kita juga berdoa untuk perjalanan hidup
kita selanjutnya, dalam melewati setiap perhentian hidup kita, kiranya Tuhan
senantiasa tetap berajalan bersama kita, asalkan kita percaya dan membuka mata
untuk melihatnya. A m i n …