PELITA UNTUK
SOBATKU YANG MALANG
Wahai
Mahakarya yang miskin harta…
engkau
tercipta dari hasrat orang fasik.
Wahai
Mahadashyat kerakusan yang miskin karya…
engkau
tercipta dari budak singgasana kehormatan.
Memang,
tinta emas mendengar tawa ria orang yang laknat dengan kuasanya,
namun…
selembar
kertas yang seputih salju itu berlari ke arah kebajikannya.
Ah sobatku
papa yang malang…
mereka
terpaksa menjual kepala mereka
untuk
memberi makan hati mereka.
Tenanglah
sobatku papa yang malang…
titian air mata yang teredam
bukanlah satu topan bisu
yang mematahkan cabang-cabang
kita yang mati lunglai,
namun ia
menjulurkan akar-akar kita yang hidup
semakin dalam ke dalam jiwa
yang merongrong.
Tenanglah
sobatku papa yang malang…
biarlah
mereka anggap engkau gila,
karena
engkau tidak mau menjual hari-harimu demi emas,
namun
anggaplah mereka gila,
karena
mereka pikir hari-harimu bisa diberi harga.
Wahai Guru
Hak Asasi Insani…
jadilah
penyambung lidah Pemerintah dan yang diperintah,
jadilah raja
tanpa kerajaan dan si miskin yang tidak meminta-minta,
jadilah
cahaya bagi sang duka dan kemelaratan,
sebab…
jika duka
dan kemelaratan dilenyapkan,
apalah
artinya jiwa manusia yang hanya akan menjadi batu tulis yang hampa.
Sobatku papa
yang malang…
hiruplah
wangi-wangian kehidupan
karena sang
guru akan mendandanimu dengan harum keadilan.
No comments:
Post a Comment