PENULIS - AUTOR

My photo
Gera, Thüringen, Germany
Pernah Belajar Filsafat pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang Mahasiswa pada Philosophisch-Theologische Hochschule SVD St.Augustin - Jerman

SUARA - KODA

KODA

Pana mai tada lewung, gawé mai tiru tana.
Pana éka sépat lewo, gawé éka sigan tana.

Gelekat tuén Lera Wulan, gewayang golén Tana Ékan.
Beta doré doan-doan, bauk tematan léla-léla.
Nubung nala méi menung, barang nala raa loma.

23 May 2013

MIMPI


MIMPI

Kala itu rohku tertidur dalam baranya api
Dalam sebuah jeruji yang mewah tentunya…
Dalam bunga tidurku, aku dikunjungi banyak orang
Hingga aku tersentak kaget, malaikat dan iblis pun bersua denganku.
Aku mengucapkan doa lama dan malaikat menjadi bosan
Aku mengerjakan dosa lama dan iblis pun meninggalkanku.
Kala itu maut mulai meletakkan jari-jari lembutnya
pada pelupuk mataku yang kaku..
murkaku mulai muak dengan semuanya
seketika aku bangun dari peluhku yang membatu.
Pagi berganti hari, malam kan menjelang
Setia sebuah penantian, meski tak kujelang.
Pagi berganti hari, malam kan menjelang
Kasih adalah memberi, meski tak diberi.
Penantian yang berbuah pengharapan
Pengharapan yang beranakkan pemberian
Pemberian yang tak mengharapkan pembalasan.

Puisi ini bercerita tentang seorang yang tengah berputus asa, hingga dia melakukan kejahatan yang membawa dirinya pada sebuah tembok jeruji yang berdiri kekar, sebuah tempat yang biasa saja bahkan menjadikan istana baginya. Hingga suatu malam dia bermimpi, mimpi yang membawanya diantara gerbang surga dan neraka, hatinya tidak juga luluh ketika malaikat dan iblis datang mengunjunginya. Hingga bayang-bayang maut datang menghampirinya di saat dia mulai sakit sebagai akibat dari ulahnya. Sepertinya naluri manusia lebih takut terhadap kematian ketimbang segalanya.
Dia pun terbangun dari tidurnya, dan mulai menjajaki sebuah hari yang baru, hari yang penuh penantian, meski sesekali hatinya masih bimbang dalam ketidakpercayaan karena kebahagiaan tak kunjung datang. Meski demikian, tetap muncul harapan di dalam hati kecilnya. Pengharapan akan datangnya Sang Kasih, Kasih diatas segala kasih, yang menuntun dan mengajarkan padanya untuk memberi dan menolong sesamanya tanpa mengharapkan balasan. Dengan memberi tanpa mengharapkan balasan, tidak akan membuat manusia berputus asa, karena dia yakin meski harus bersusah susah dengan percuma dan telah menghabiskan kekuatannya dengan sia-sia dan tak berguna, namun haknya terjamin pada Tuhan dan upahnya pada Allah yang hidup (Yes 49:4).

No comments:

Post a Comment