DI PINTU-MU AKU MENGETUK
(Apresiasi Puisi DOA Chairil Anwar)
Vianney LEyn
Anggota Komunitas Sastra Sandal Jepit Nita Plea
Puisi-puisi Chairil Anwar lahir dari situasi hidup konkrit, entah situasi hidup sosial maupun reliogiositasnya. Dalam puisi Doa-nya terkandung makna religiositas yang begitu kental. Tuhanku Dalam termangu, aku masih menyebut namaMu, begitu larik pertama dari bait puisinya. Bagi Chairil, nama TUHAN begitu melekat-menyatu dengan jiwanya, nama TUHAN telah terpatri di relung hati yang mungkin telah lapuk dalam mengarungi ziarah hidup. Maka dalam termangu-nya pun ia masih menggemakan nama Tuhan. Lebih lanjut ia guratkan kedekatannya dengan Tuhan: walau susuh/sungguh/mengingat Kau penuh seluruh. Dalam setiap situasi batas Chairil tidak menghakimi bahkan mengutuk Tuhan. Penyakit radang paru-paru dan infeksi darah kotor yang sudah lama dideritanya serta kondisi badannya yang semakin lemah menimbulkan gangguan usus hingga pecah sama sekali tidak membuatnya mendepak Tuhan dari eksistensinya. Penderitaan dan penyakit yang dialaminya menghantar dia kepada sbuah confesio, menghantarnya kepada sebuah pengakuan bahwa ia adalah ciptaan yang rapuh dan lemah, Tuhanku, aku hilang bentuk/Remuk. Lebih jauh dan lebih dalam, larik-larik ini menggambarkan keberdosaannya sebagai manusia. Di hadapan Tuhan, penyair mengakui ketakberdayaannya bahwa ia adalah insan berdosa, remuk, hilang bentuk. Namun sang penyair tidak hanya berhenti pada sebuah confesio dan penyesalan. Sang penyair berani mengetuk di pintu-Nya, biar remuk-hilang bentuk, sang penyair tak bisa berpaling. Inilah momen pertobatan sang penyair yang diabadikannya dalam larik akhir puisi: Tuhanku/Di pintuMu aku mengetuk/Aku tidak bisa berpaling. Larik akhir puisi Aku tak bisa berpaling merupakan sebuah akhir yang sempurna, merupakan larik yang merangkum seluruh hidup penyair sebagai manusia yang memiliki keterikatan yang begitu kuat dengan Sang Pemberi hidup. Larik akhir, Aku tak bisa berpaling sesungguhnya merupakan (semacam) sebuah litani yang dibahasakan secara lain karena dalam larik pertama puisinya sang penyair telah menunjukkannya: Walau susah/sungguh/Mengingat kau penuh seluruh. Sang penyair mengafirmasi sebuah relasi cinta yang begitu kuat dan kental dengan Tuhannya. Remuk dan hilang bentuk-nya membuatnya tidak lari dari Tuhan, karena ia memiliki iman bahwa Tuhan adalan asal dan tujuan hidupnya.
Lalu bagaimana dengan masa retret agung kita selama masa pra paskah ini? Sadarlah bahwa sebelum kita mengetuk di pintu-Nya, Tuhan telah lebih dahulu mengetuk pintu hati kita. Apakah kita mendengarnya????? V-Leyn
DOA
Walau susah
sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
BAPA KAMI
Bapa kami yang ada di surga
Sungguhkah surga itu ada?
Di manakah surga itu, begitu tanyaku
Dimuliakanlah nama-MU
Namun selalu aku menghojat-Nya
Datanglah kerajaan-MU
Namun terlebih dahulu aku telah menciptakan kerajaan-kerajaan lain,
dan aku sendiri yangmemerintah
Jadilah kehendak-MU di atas bumi seperti di dalam surga
Namun aku sering memaksakan kehendakku, bahkan menginginkan yang di surga seperti di bumi
Berilah kami rejeki pada hari ini
Karena aku sendiri tak pernah puas dengan apa yang kuminta dan apa yang kumiliki
Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni sesama
Namun dendam kesumat masih membeku dan maaf ku belum mencair
Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan
Karena aku bisa masuk sendiri ke dalamnya.
V- Leyn----Auditorium III
10 Maret 2010. 09.19
No comments:
Post a Comment